Seorang yang menjadi pelahap berita nasional tentu sering membaca beragam berita nasional dari banyak media sosial dan media berita. Dari sekian banyak berita yang muncul A sampai Z, tanpa kita sadari, mata sudah jelalatan mencari kata yang menarik untuk dibaca hingga pada layar terakhir, hingga ditemukan judul yang menarik perhatian.
Ada efek psikologis yang tidak disadari pemilik mata mencari kata kunci yang sekiranya menarik perhatian, jika menemukan keyword yang dicari, seketika itu juga akan berlanjut pada paragraf berikutnya.
Menjelang semakin dekatnya pilpres dan pileg 2019, konsultan politik dimana terdiri dari sejumlah orang kategori pintar dari lulusan  universitas, mulai menjalankan strategi komunikasi tersamar dan bisa saya sebutkan tidak disadari oleh Timses lawan dan pembaca. Karena mereka sangat paham tentang perlu menanamkan image atau kata kunci dalam alam bawah sadarnya pencari berita.
Strategi merupakan pendekatan-pendekatan alternative yang ditempuh guna memposisikan organisasi bersangkutan dalam mencapai keberhasilan yang berkesinambungan atau strategi bisa disebutkan sebagai alternative yang dipilih berdasarkan pemikiran optimalitas dalam rangka mencapai suatu tujuan (Thompson dan Strickland dalam Hermander, 2004)
Ada dua nama yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat di media berita, jika saya menggunakan fitur popularitas, yakni Jokowi dan Sandiaga Uno jika untuk capres, posisi populer lainnya muncul nama Ratna Sarumpaet. Tentu tingkat popularitas bisa saja berubah, seiring masuknya berita baru yang lebih menarik minat pembaca untuk dibaca.
Saya kebetulan mulai merasa beberapa perbedaan dalam setiap melihat media yang menayangkan berita, tampaknya ada yang terkesan jomplang. Jomplang yang saya maksudkan ini adalah dominasi berita yang mulai agak ke kiri-kirian atau ke kanan . Bisa jadi, hal ini mungkin diakibatkan kubu lainnya lebih banyak melakukan kritik saja, namun lupa bahwa mereka juga memiliki capres yang ingin dimenangkan. Akhirnya tidak ada berita yang dapat diketahui tentang kegiatan positif jagoannya untuk diketahui masyarakat.
Timses semakin larut untuk melakukan kritik untuk menjatuhkan pamor lawan, namun mereka tidak pernah memberitahukan kegiatan capres dan cawapresnya kepada pembaca, misalnya dengan memberikan semacam pernyataan atau konpes apa saja kegiatan mereka yang sudah dilakukan, atau hanya perasaan saya saja sedemikian.
Kalau menurut strategi komunikasi, saat tokoh semakin banyak dicari di media berita dan menjadi pembicaraan ringan yang lagi santai di warung kopi pinggiran sudut kota, secara tidak langsung mereka sudah mendapatkan keuntungan, yakni sudah semakin diingat masyarakat.
Sadar ga ketika Sandiaga Uno yang selalu melontarkan sesuatu yang rada "gaduh" sebagai umpan, sebagian besar akan menjadi pembicaraan orang, menurut pendapat saya adalah Sandiaga sudah sukses meraih kata kunci dari media berita untuk memberitakan. Tentunya pemberitaan tersebut bukan sesuatu yang salah, mengingat Sandiaga salah satu wapres yang ikut bersaing di pilpres 2019 nanti. Sedangkan sosok lainnya, nyaris tenggelam tanpa ada aksi dan pemberitaan.
Saya kurang paham juga, apakah ini salah satu strategis komunikasi yang sedang dilakukan Sandiaga uno, namun setiap kali muncul dengan aksi dan pernyataannya, selalu menyebar viral di media sosial dan media berita.Â
Banyak sikap yang natural yang ditunjukan Sandiaga untuk untuk di umpankan sebagai percakapan sebagai bahan komentar atau sekedar bahasan di warung kopi. Sedangkan timses yang sebelah sibuk ngurusin orang lain, menurut saya sih.
Sadar atau tidak sadar, Sandiaga Uno sudah mempunyai daya tarik yang lebih besar dari cawapres sebelah, dan tentunya akan bisa kita lihat hasilnya nanti dalam pilpres 2019 nanti. Saya sendiri tanpa sadar, selalu mencari beritanya Sandiaga untuk sekedar tahu, kemungkinan untuk menjadi viral di media sosial atau media berita.
Rasanya tidak ada salah jika ada survey untuk mengukur popularitas mengunggulkan Sandiaga Uno yang lebih populer jika dibandingkan Ma'ruf Amin. Beberapa kantong yang menjadi basis kuat Sandiaga seperti jenis kelamin perempuan, pemilih pemula dan kaum terpelajar.
Untuk basis pemilih berdasarkan kategori umur, 56,20% pemilih muda yang dalam kisaran umur 17 sampai 22 tahun lebih memilih Prabowo - Sandiaga Uno. Sementara Jokowi - Ma'ruf Amin unggul 50,65% pada pemilih di kisaran umur 41 sampai 55 tahun.
Namun semua survey diatas masih hitungan kertas yang dapat berubah. Disamping itu, kedua Timses juga harus lebih aktif untuk turun kebawah dengan cara yang sehat tanpa menggunakan informasi hoax jika memang punya niat memenangkan jagoannya.Â
Menggunakan hoax sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan, menurut saya dapat berbalik untuk pasangan yang dijagokannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H