Mohon tunggu...
Kenji Naim Hutama
Kenji Naim Hutama Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekskursi, Melting Pot Kehidupan yang Mengajarkan Toleransi

23 November 2024   13:24 Diperbarui: 23 November 2024   13:30 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekskursi bukan hanya sebuah perjalanan fisik menuju tempat baru, melainkan juga perjalanan dan pendidikan batin untuk memahami keberagaman dan menerima perbedaan yang ada di dunia ini. Ia adalah kesempatan bagi kita untuk melihat dunia sebagai sebuah melting pot, sebuah wadah besar di mana berbagai elemen keberagaman dilebur bersama menjadi sebuah hidangan yang indah. Pengalaman saya ekskursi di pondok pesantren Al-Falah Pandeglang adalah ilustrasi nyata bagaimana ekskursi ini mempertemukan kita dengan keberagaman yang memperkaya jiwa dan membuka mata kita akan pentingnya toleransi.

Keberagaman Sebagai Bahan Utama dalam Melting Pot Kehidupan

Dalam pengalaman saya di ekskursi, saya berkunjung ke sebuah pondok pesantren yang penuh dengan tradisi dan nilai-nilai loka yang merupakan sebuah mystery bagi sayal. Pondok pesantren itu, dengan segala keunikannya, merupakan bahan-bahan dan bumbu-bumbu baru bagi saya dalam melting pot dunia ini. Bahasa, adat, makanan, hingga cara pandang orang-orang di pondok pesantren tersebut menjadi "bumbu" yang menghadirkan rasa baru.

Bayangkan ketika para siswa, guru dan kiai dengan ramah dan terbuka memperkenalkan tradisi mereka kepada para peserta ekskursi. Mereka menunjukkan cara hidup di pesantren yang sudah dilakukan turun-temurun, menyajikan makanan khas pondok pesantren yang sangat sederhana, dan menceritakan kisah-kisah pondok pesantren Al-Falah yang kaya akan nilai-nilai budaya. Setiap interaksi adalah undangan untuk memahami cara hidup yang berbeda, sekaligus mengajarkan bahwa keberagaman adalah anugerah, bukan penghalang.

Keberagaman ini, meski memukau, bisa terasa asing bagi yang pertama kali mencicipinya. Saya awalnya ragu untuk mencicipi pengalaman-pengalaman baru ini karena bahan atau rasa yang tidak biasa atau aneh. Namun, setelah mencoba, saya menyadari bahwa pengalaman ini tidak hanya memperkaya hidup saya tetapi juga membuka pikiran dan mata saya kepada perspektif yaang baru.

Seperti dalam melting pot, bahan-bahan yang berbeda itu, budaya, tradisi, bahasa, tidak kehilangan identitasnya. Sebaliknya, mereka menjadi bagian dari hidangan yang lebih besar. Namun, proses ini tidak bisa terjadi tanpa adanya toleransi.

Toleransi Sebagai Api yang Menyatukan Hidangan

Toleransi merupakankunci utama untuk menyatukan keberagaman dalam melting pot kehidupan. Sebagaimana api membantu menyatukan bahan-bahan mentah menjadi hidangan yang lezat, toleransi memungkinkan perbedaan menjadi kekuatan, bukan sumber konflik.

Selama ekskursi, satu momen yang sangat menarik perhatiaan saya adalah ketika kami mencoba untuk mengikuti acara sholat lima waktu. Meskipun, kebanyakan dari kami tidak memahami alur dan arti setiap langkah dalam sholat tersebut, tetapi kami mencoba memahaminya dan belajar untuk menghormatinya. Toleransi dalam bentuk ini bukan sekadar penerimaan pasif, melainkan sikap aktif untuk memahami dan menghargai tradisi orang lain.

Melting Pot dalam Interaksi Sosial

Selain mempelajari tradisi masyarakat setempat, saya juga berinteraksi dengan para santri-santri disana, disana kami mencobaa melatih toleransi kami dan belajar untuk menghargai sesama. Perbedaan latar belakang, cara berpikir, dan kepribadian di antara peserta menciptakan dinamika yang tidak selalu mudah. Ada saat ketika konsep-konsep kami bertentangan, tetapi toleransi membantu mereka menemukan titik temu.

Melalui kerja sama selama ekskursi, saya belajar bahwa setiap individu membawa nilai dan perspektif unik yang dapat memperkaya pengalaman saya. Seperti dalam melting pot, masing-masing peserta adalah bahan dengan rasa yang berbeda, tetapi bersama-sama mereka menciptakan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.

Pelajaran yang Dibawa Pulang

Ketika ekskursi selesai, pelajaran yang diperoleh tidak berhenti di sana. Pengalaman ini menjadi bekal untuk menghadapi kehidupan sehari-hari dengan sudut pandang baru. Pengalaman mengenai keberagaman yang saya temui di pondok pesantren adalah cerminan kecil dari dunia yang lebih luas. Dalam kehidupan nyata, saya menyadari bahwa toleransi tidak hanya penting saat berinteraksi dengan budaya baru tetapi juga dalam hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.

Toleransi mengajarkan kita untuk melihat manusia lain sebagai bagian dari satu kesatuan, bukan sebagai ancaman. Ia membantu kita menerima bahwa perbedaan adalah hal yang alami dan bahkan diperlukan untuk menciptakan harmoni.

Kesimpulan: Hidup dalam Melting Pot Keberagaman

Ekskursi merupakan pelajaran berharga tentang bagaimana kehidupan ini adalah sebuah melting pot besar. Keberagaman adalah bahan utama yang memberikan warna dan rasa, sementara toleransi adalah api yang mempersatukan semuanya.

Sebagaimana Gandhi pernah berkata, "Our ability to reach unity in diversity will be the beauty and the test of our civilization." Keindahan dunia ini terletak pada kemampuan kita untuk hidup dalam keberagaman, dan menciptakan harmoni dari perbedaan tersebut.

Melalui pengalaman ekskursi ini, saya sadar bahwa hidup dalam melting pot berarti menjadi bahan yang saling melengkapi, menciptakan keindahan yang tidak bisa diwujudkan sendirian. Hidup adalah tentang membuka diri, menerima perbedaan, dan bersama-sama menciptakan sesuatu yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun