Mohon tunggu...
Kenjie Muhamad Fawwaz
Kenjie Muhamad Fawwaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang bekerja sebagai "Cameran Person" di sebuah organisasi internal kampus UPN Veteran Jakarta, yang bernama FIVE TV.

Hobi memainkan kamera dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaya Komunikasi Para Capres dan Cawapres 2024 dari Sudut Pandang Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan

10 Desember 2023   20:55 Diperbarui: 11 Desember 2023   15:33 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak kalah menarik dari Prabowo, gaya komunikasi Gibran juga sering disorot media. Emil Dardak selaku juru bicara Gibran mengungkapkan bahwa gibran adalah seorang yang kalem, memiliki kepedulian yang tinggi, dan tidak menyukai berbicara yang panjang sehingga menurutnya gaya komunikasi gibran akan disenangi oleh gen Z karena minim retorika dan tidak bertele-tele. Hal ini bertolak belakang dengan gaya komunikasi Gibran saat menjadi Walikota Solo yang dikritik dengan gaya komunikasi politiknya yang buruk jika dibandingkan dengan Walikota Solo yang menjabat sebelum dirinya. Meskipun demikian menurut E. Rizky Wulandari, S.Sos., M.I.Kom., yang merupakan pakar komunikasi Stikosa AWS dalam keterangannya melalui suarasurabaya.net, Kamis (23/11/2023) bahwa gaya komunikasi Gibran sudah berkembang pesat dibanding saat pertama kali dikenalkan ke publik.

Tidak kalah dari capres dan cawapres sebelumnya, Ganjar Pranowo-Mahfud MD pasangan ini mengenakan pakaian formal seperti kemeja, jas, dan dasi hal ini mencerminkan bahwa memiliki profesionalisme, kredibilitas, dan integritas sebagai pejabat publik. Dari hal tersebut pesan artifaktual yang ingin disampaikan yaitu dapat menimbulkan rasa hormat dan percaya dari pemilih yang menghendaki kepemimpinan yang bersih dan kompeten. Gaya komunikasi mereka jika dilihat dari pidato atau debat di media terlihat lebih tenang dan tidak menggebu-gebu hal tersebut memberikan kesan kepada masyarakat sebagai komunikan bahwa pesan yang ia berikan tidak dibuat-buat dan apa adanya. 

Sebagai mahasiswa, sudah sepatutnya kita untuk berpikir kritis dalam semua keadaan. Contohnya pada saat ini yaitu bagaimana cara pilpres dan cawapres ini bisa membuat persepsi dengan cara mempengaruhi psikologi kita dari cara mereka berpakaian hingga gaya komunikasi. Secara tidak langsung, kita jadi ga buta-buta banget tentang fenomena politik yang ada ini, apalagi kita sudah masuk di umur yang bisa nentuin pilihan kita sendiri. Selain itu, kita tidak mudah miscommunication karena kita sudah tau hal-hal dasar komunikasi yang para capres gunakan.

Kesimpulan

Dalam konteks Pemilu 2024, pemahaman terhadap psikologi pembawa pesan dan pesan menjadi kunci penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap calon presiden dan wakil presiden. Psikologi komunikator, terkait aspek kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan, serta psikologi pesan, baik verbal maupun nonverbal, berperan besar dalam membentuk opini Pemilih.

Masing-masing pasangan calon seperti Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki gaya komunikasi dan pesan yang berbeda-beda. Penggunaan busana, kosmetik, aksesoris, dan gaya bertutur mencerminkan identitas dan menimbulkan kesan tersendiri bagi pemilih. Strategi ini bertujuan untuk menarik perhatian, membangun kepercayaan dan meraih dukungan pemilih.

Melalui analisis psikologis terhadap pembawa pesan, terlihat pasangan Anies-Muhaimin mengedepankan nilai budaya dan agama, Prabowo-Gibran mengedepankan aspek humanistik dan cepat tanggap, sedangkan Ganjar -Mahfud menunjukkan profesionalisme dan gengsi dalam perannya sebagai panutan pegawai negeri. Gaya komunikasi yang dipilih masing-masing pasangan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, terutama dalam membangun ikatan emosional dan kepercayaan

Sebagai pemilih yang berpengetahuan, pemahaman menyeluruh tentang psikologi komunikator dan pesannya dapat membantu seseorang mengambil pilihan berdasarkan nilai dan harapan pribadinya. Dengan menggunakan perspektif psikologis, diharapkan masyarakat dapat memahami dinamika komunikasi politik, menghindari pengaruh yang dangkal, dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman yang lebih dalam.

LINK PODCAST YT :

https://youtu.be/zLMn_zJq5TA 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun