Mohon tunggu...
Deddy Kurniawan
Deddy Kurniawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

berusaha yang terbaik untuk hidup yang hanya sekali

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesalahan yang Selalu Berulang

17 Mei 2014   18:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bangsa ini rupanya tidak pernah belajar dari pengalaman masa lalu. Terus melakukan kesalahan yang sama berulang kali dan tidak bosan-bosannya. Kalaupun sadar itu hanya bersifat temporer. insyaf sementara lalu kembali melakukan kesalahan yang sama lagi. Selalu jatuh di lubang yang sama, naik lagi kemudian kembali mencemplungkan diri ke lubang tersebut. Begitu siklus kehidupan bangsa ini. Kesalahan apakah yang dimaksud ? Ekspetasi yang berlebihan kepada seorang pemimpin.

Ketika ada sosok pemimpin yang ideal dan sesuai dengan harapan rakyat, dibesar-besarkan setinggi langit, tidak boleh dibuka cacatnya, kalau ada yang mengkritisi sang pemimpin siap-siap  akan imbas negatif yang akan dihadapi nanti.  Saat sang pemimpin ternyata tidak membawa perubahan yang begitu berarti bagi rakyat atau justru menjerumuskan rakyat ke jurang yang lebih dalam lagi. Maka caci-maki dan hujatan akan diterima sang pemimpin. Walaupun ada keberhasilan yang dicapai pada masa pemerintahannya, seolah-olah sirna dengan keputusan/kebijakan yang salah dari sang pemimpin. Pemimpin yang awal mulanya dianggap seperti dewa yang mampu menuntaskan permasalahan rakyat akhirnya bernasib sama dengan para pendahulunya, ketika naik daun seperti seorang gadis cantik, banyak orang yang mengerubunginya, tetapi ketika sinarnya redup semua orang meninggalkannya.

Pemimpin itu juga manusia

Walaupun seorang pemimpin dianggap mempunyai kemampuan super tetap saja dia itu seorang manusia. Ada kelebihan dan ada juga kekurangannya. Terlalu menonjolkan kelebihannya tanpa mau tahu kekurangannya adalah kesalahan fatal. Puja-puji atau pencitraan berlebihan justru akan membuat orang lupa diri. Pemimpin yang sudah lupa diri akhirnya menganggap dirinya hebat alias superman bahkan kalau perlu tuhan. Yang kemudian terjadi adalah Negara Adalah Aku. Ini yang paling berbahaya. Setiap perintah sang pemimpin harus diamini oleh seluruh rakyat, padahal kebijakan itu tidak betul dan membahayakan negara dan bangsa. Tetapi harus dibenarkan karena ego dan kepentingan  sang Imam.

Memberi kritik kepada pemimpin adalah wajib. Mengetahui kualitas calon seorang pemimpin adalah perlu. Memilih calon pemimpin hanya berbekal sikap emosional semata adalah salah.  Salah memilih sesal kemudian. Jangan terlalu berharap kepada manusia, jika itu terjadi akan timbul kekecewaan, karena kebutuhan manusia sangat tak terbatas, tidak mungkin meminta tercukupinya segala kebutuhan kita kepada seorang manusia yang dia juga memiliki kebutuhan yang harus dicukupinya sama dengan kita. Ekspetasi tertinggi hanya kepada Allah SWT,  karena dialah yang menyediakan semua kebutuhan manusia itu. Fungsi sang pemimpin adalah mengatur agar segala kebutuhan yang disediakan oleh Allah SWT mampu mencapai kita.

Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun