"Gunakan Robovac, Pecat Pembantu Indonesia sekarang juga". Ini bunyi iklan yang sangat melecehkan penata laksana asal Indonesia. Memang melecehkan karena ada kesan penghinaan tapi sebenarnya kalau dimaknai bisa juga berarti kekaguman kepada pembantu rumah tangga asal Indonesia. Lho kok bisa begitu ?
Gini deh, sebelum perusahaan mengeluarkan suatu produk pastinya telah teruji secara mutu, bukan ? Yang diedarkan di pasar-pasar juga adalah produk the best of the best bukan asal-asalan. Lebih dari itu perusahaan juga telah mempelajari kekuatan dan kelemahan para calon pesaingnya.
Bisa jadi gak ada perusahaan lain yang mampu mengalahkan produk perusahaannya. Tapi ketika di distribusikan ke pasar-pasar ternyata ada suatu kondisi yang memungkinkan produk tersebut terancam gagal. Kondisi yang seperti gimana ?
Kalau dilihat dari sosio ekonomi negara malaysia, Â walaupun backgroundnya pendidikannya lebih baik dan lebih maju dari Indonesia tapi untuk tenaga-tenaga kasar tetap harus didatangkan dari luar negeri dan akhirnya menjadi simbiosis mutualisme. Â Negara yang paling banyak menyumbang tenaga kasarnya tentu saja dari tetangga serumpunnya. Indonesia dipilih karena bahasanya,murah,ulet dan paling lemah perlindungannya (semua orang tahu itu).
Ini tampaknya yang menjadi kekhawatiran perusahaan importir. Gara-gara takut gak laku karena tersaingi. Lebih baik tunjukkan bahwa ini produk lebih oke daripada pekerja Indonesia. Bikin iklan heboh sekalian sebagai strategi marketing. Yang penting masyarakat malaysia tahu dulu. Urusan hukum belakangan. Memang iklan ini mampu menggosok terutama bangsa dan pejabat-pejabat Indonesia yang langsung berteriak "PELECEHAN".
Apakah setelah kehebohan ini produk Robovac bakal laris gak tahu juga deh ? yang penting strategi pemasaran heboh mereka berhasil sampai negara tetangga naik pitam. Tapi di balik semua itu ada fakta yang gak bisa ditutupi bahwa Malaysia saat ini belum mampu melepaskan ketergantungan kepada Indonesia.
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H