Mohon tunggu...
Rika Keniatun
Rika Keniatun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writing poetry its like peeing on yourself. Everyone can see it, but only you can feel the warmth.

24 Years Old. Student of English Literature Universitas Pamulang, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jurang yang Mematikan

4 Januari 2022   17:43 Diperbarui: 4 Januari 2022   18:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu terasa lebih dingin dan gelap. Jantungku berdetak cepat tak karuan bersamaan dengan nafas yang begitu menderu.

Harap-harap cemas, takut, marah, ingin berteriak lalu menangis. Dalam hati bertanya, "mengapa begini? salah siapa ini?" tak kutemukan jawabannya. Gelisah menatap jarum jam yang terus bergerak.
Sepertinya aku harus siap, karena ini adalah akhirnya.

"Sudah pulang atau belum ya? Dengar sesuatu nggak?" tanyaku bisik-bisik.

"Kayaknya belum, tapi nggak tahu juga. Aku takut terjadi sesuatu kak" jawab adikku sambil celingak celinguk ke bawah dari arah jeruji balkon.

"Semoga nggak, kita siap-siap aja lari ke bawah kalau misalkan dengar sesuatu yang agak gaduh, atau tunggu aba-aba dari ibu sekiranya butuh bantuan" sambil mengelus perlahan rambut adikku yang berantakan.

Hari itu tiba, hari yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya terjadi, hari yang penuh luka, hari yang mengubah hidupku selamanya. Malam dimana bapak datang kerumah hanya untuk mengemasi barang-barangnya.

Terdengar suara mobil terparkir dan langkah kaki yang berjalan cepat. Adikku mengintip dan memasang telinga, berjaga-jaga kalau saja bapak berani kasar atau main tangan.

"Mau panjang atau pendek?" celetuk Bapak pada Ibu yang sedari tadi duduk di ruang tamu menunggunya. Ibuku yang sudah tak tahan dengan perselingkuhannya memutuskan untuk berpisah saja, sudah terlalu lama Ibu memendam sengsara.

"Pendek, saya udah tau semuanya. Nggak ada yang perlu di bahas, kamu boleh pergi." Jawab Ibuku dengan suara pelan.

Bapak segera menuju kamar, mengambil tas carrier kesayangannya dan memasukan baju-bajunya. Setelah menaruhnya di mobil, ia kembali masuk untuk mengambil beberapa barangnya yang mampu ia bawa ke dalam mobil.

Yang kukira akan ada keributan, ternyata mereka hanya saling diam tanpa kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun