Apa yang dilakukan oleh Kompasianer Marius Gunawan adalah contoh bagus untuk kita semua. Artikel dibalas dengan artikel hingga kebenaran terungkap secara jelas. Ketika kebenaran sudah jelas dan terang-benderang tidak perlu malu untuk mengakui kesalahan dan minta maaf. Kompasianer Marius Gunawan telah memberi contoh bagus untuk menjaga tradisi intelektual, artikel dibalas dengan artikel.
Afi masih muda, sehingga sulit rasanya untuk mengakui kesalahan dan minta maaf. Apalagi puja-puji selangit sepertinya telah membuat Afi lupa diri dan arogan. Arogansi Afi dapat dilihat dari kalimat-kalimat balasan di FB untuk menjawab para pengkritiknya. Sedangkan Kompasianer Marius Gunawan jika dilihat profesi dan foto profilnya jelas pria dewasa yang sudah matang secara pemikiran dan emosi.
Semoga seiring berjalannya waktu, Afi bisa mengerti bahwa yang namanya manusia tidak ada yang sempurna. Manusia bisa salah dan tempatnya kesalahan, no body perfect. Dan ketika telah melakukan kesalahan, jangan malu untuk minta maaf. Kejujuran adalah segalanya. Justru jika Afi tetap ngotot tidak mengakui kesalahannya dan ngotot mengklaim artikel "Agama Kasih" sebagai karyanya, gelar “PLAGIATOR” bisa “membunuh” masa depannya. Jejak digital yang bertebaran di dunia maya jelas sedang tidak berpihak pada Afi. Belajarlah dari kesalahan!
Link Klarifikasi Mita Handayani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H