Kepada Yth.
ADMIN Kompasiana
di Tempat
Salam Kompasiana!
Pertama-tama saya mohon maaf yang sedalam-dalamya atas kelancangan saya yang berani menulis surat terbuka ini kepada ADMIN Kompasiana selaku pengelola blog keroyokan Kompasiana. Untuk ADMIN Kompasiana, Saya memberanikan diri untuk menulis surat terbuka ini dengan dilandasi semangat move on yang sedang bergelora untuk menjadikan Kompasiana lebih baik lagi.
Surat terbuka ini saya buat didasari oleh sebuah alasan mendasar karena saya mencintai Kompasiana sebagai Media Warga (Citizen Media) dengan taglinenya “Rumah Sehat” tempat “Sharing and Connnecting”. Saya mencintai Kompasiana dengan segala kelemahan dan kelebihannya, karena hingga detik ini, saya masih yakin bahwa Kompasiana adalah media warga yang mampu berperan ganda sebagai blog keroyokan sekaligus “Social Networking” yang dikelola secara professional.
Karenanya, saya sangat senang, mengapresiasi dan mendukung langkah ADMIN Kompasiana selaku pengelola blog keroyokan Kompasiana untuk mempelopori "proyek buku" gerakan menulis buku yang melibatkan Kompasianer, Kompasiana dan Penerbit Mayor. Seperti dikemukakan oleh Kang Pepih Nugraha, tujuan "proyek buku" tersebut adalah untuk memperkenalkan Kompasianer berkualitas kepada pembaca buku. Namun demikian agar hubungan antara Kompasianer, Kompasiana dan Penerbit tersebut kokoh dan tak lekang dimakan jaman, dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari maka sudah selayaknya dan menjadi kewajiban kita semua yang mencintai Kompasiana untuk selalu mengacu pada keterbukaan, kejujuran dan etika.
Seperti kompasianer lainnya, niat saya bergabung dengan Kompasiana pun sekedar ingin berbagi gagasan, informasi, pengetahuan, ajang untuk belajar sekaligus menjalin pertemanan di dunia maya. Sejak awal saya tidak pernah berharap materi atau honor dari aktifitas saya menulis di Kompasiana. Karenanya, ketika tulisan saya mendapat appresiasi dari Kompas.com melalui freez atau menjadi juara dalam ajang lomba penulisan semuanya saya sumbangkan melalui Admin Kompasiana, dan panitia lomba. Saya percaya kepada mereka.
Sekali lagi ingin saya tegaskan, selama ini semua materi yang saya dapatkan dari aktifitas saya di Kompasiana baik berupa hadiah buku maupun hadiah uang dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, semuanya saya sumbangkan baik kepada Kompasianer yang membutuhkan atau ke Panti Asuhan Yatim Piatu. Bagi saya mereka lebih berhak dari saya. Hal tersebut saya lakukan, bukan berarti saya sudah tidak butuh materi, tapi karena niat saya ber-Kompasiana hanya untuk berbagi gagasan, informasi, pengetahuan, ajang untuk belajar sekaligus menjalin pertemanan di dunia maya. Saya tidak punya niat mencari materi dari Kompasiana. Maka melalui surat ini saya nyatakan bahwa saya mengikhlaskan tulisan saya dalam buku "Jokowi (Bukan) Untuk Presiden". Tercantumnya nama saya bersama penulis-penulis hebat Kompasiana sudah cukup menjadi kebanggaan tersendiri buat saya. Kebanggan yang tidak bisa diukur dengan materi. Tapi mohon maaf dengan berat hati, saya belum bisa menandatangani surat perjanjian yang telah dikirimkan oleh Admin Kompasiana karena.
Sekedar saran untuk Admin Kompasiana, saya sangat mendukung "proyek buku kolaboratif" yang digagas oleh Kang Pepih ini. Karenanya akan lebih baik dan memberi manfaat jika tetap dilanjutkan. Janganlah karena adanya sikap kritis Kompasianer, lalu menjadikan Admin Kompasiana jadi patah semangat. Toh, sikap kritis Kompasianer bertujuan untuk menjadikan Kompasiana lebih baik lagi, lebih professional. Seharusnya Kompasiana berbangga hati karena mempunyai kritikus-kritikus berkualitas.
Namun demikian tentu akan lebih baik, jika sejak awal diinformasikan kepada Kompasianer yang menyumbangkan tulisannya bahwa "proyek buku kolaboratif" tersebut untuk amal. Komunikasikan secara terbuka dan jujur. Karena saya berkeyakinan, jika diinformasikan sejak awal bahwa "proyek buku kolaboratif" ini bertujuan untuk menciptakan "personal branding" Kompasianer dan royaltinya akan disumbangkan, saya menduga Kompasianer sudah senang dan bangga ketika tulisannya dibukukan oleh penerbit major. Apalagi berkolaborasi dengan penulis-penulis berkualiatas di Kompasiana. Jadi rasa senang dan bangga tidak akan bisa diukur dan diganti dengan materi. Maaf, ini hanya sekedar saran saja. Dan saya berharap pengalaman ini menjadi pelajaran berharga buat kita semua baik Admin Kompasiana maupun Kompasianer. Selalu ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari sebuah peristiwa.
Demikian surat terbuka ini saya sampaikan dengan perasaan yang "sedikit terluka", campur aduk antara senang dan prihatin karena buku Jokowi (Bukan) untuk Presiden yang seharusnya menjadi kebanggan Kompasiana dan Kompasianer malah menimbulkan kontroversi. Jika ada kata-kata yang tidak berkenan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan Sang Pemilik Hidup dan Pemberi Cahaya, selalu berkenan untuk memberikan pencerahan dan menjaga hati nurani kita. Maju terus Kompasiana, semoga semakin jaya dan professional. Terimakasih.
Sang petualang yang lemah dan miskin ilmu,
Ken Hirai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H