Mohon tunggu...
Ken Hirai
Ken Hirai Mohon Tunggu... profesional -

JIKA DIAM SAAT AGAMAMU DIHINA, GANTILAH BAJUMU DENGAN KAIN KAFAN. JIKA "GHIRAH" TELAH HILANG DARI HATI GANTINYA HANYA KAIN KAFAN 3 LAPIS, SEBAB KEHILANGAN "GHIRAH" SAMA DENGAN MATI (-BUYA HAMKA-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sukses Pahlawan Devisa From Zero to Hero Part-2

3 Januari 2013   10:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada episode lalu, dikisahkan Pak Maizun telah memberanikan diri untuk meminta ijin kepada majikannya untuk memulai bisnis baru. Sayang, niat baik Pak Maizun tidak mendapat restu dari majikan. Alasan majikan pun sangat sederhana, karena majikan ingin menghabiskan masa tuanya hanya untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri pada Allah “Sang Pemilik Hidup”. Namun demikian, majikan pun tak kuasa melarang Pak Maizun untuk berbisnis sendiri. Sehingga majikan pun menyarankan kepada Pak Maizun untuk pindah ke majikan lain jika tekadnya untuk berbisnis sudah bulat.

Tidak adanya restu dari majikan, membuat Pak Maizun dalam kebimbangan. Do’anya selama ini, agar diberikan majikan baik hati dan pemurah telah dikabulkan oleh Allah. Selama bekerja, tak pernah sekalipun majikan menyakiti hatinya. Yang dialaminya justru keramahan dan kemurahan hati sang majikan, sehingga membuat dirinya mampu bertahan di Arab Saudi hingga bertahun-tahun. Tapi kini, Pak Maizun sedang menuntut lebih.

Jika benar bahwa hidup adalah pilihan, maka seharusnya memilih bahagia itu tidak sulit, tapi mengapa justru Pak Maizun menjadi bimbang dan ragu. Rupanya, Pak Maizun masih mencari jalan menuju sukses seperti yang diharapkannya. Akhirnya, Pak Maizun pun teringat kembali pada pesan guru ngajinya di kampung yang sangat dihormatinya bahwa hidup adalah pilihan dan setiap pilihan selalu ada konsekuensinya. Jika hidup diibaratkan dimulai dari dari huruf B (birth) dan berakhir di huruf D (death), maka selama hidup ada banyak pilihan yang diibaratkan dengan huruf C (choice). Artinya, dalam hidup akan banyak tawaran pilihan. Menjadi orang baik atau orang jahat adalah pilihan. Menjadi orang yang pandai bersyukur atau pengeluh juga pilihan.Bergabung dengan orang-orang pemaaf atau pendendam pun pilihan. Termasuk halal dan haram adalah sebuah pilihan. Tetapi yang harus diingat, bahwa dalam setiap pilihan pasti ada resikonya, ada konsekuensinya.

Akhirnya, Pak Maizun pun memilih pindah majikan untuk memulai bisnis barunya. Proses administrasi pindah majikan pun berjalan lancar karena majikan pertama memang sudah ikhlas melepas Pak Maizun. Kini, dengan modal yang dimilikinya dari hasil 10 tahun bekerja di Arab Saudi, Pak Maizun mulai memproduksi tahu dan tempe. Awalnya, bisnis tahu dan tempe Pak Maizun berjalan lancar. Berapapun jumlah produksinya mampu diserap habis oleh toko-toko Indonesia yang banyak terdapat di kota Riyadh. Hingga akhirnya cobaan itupun datang menghampiri Pak Maizun.

Melihat kesuksesan bisnis Pak Maizun, majikan barunya pun sangat bahagia. Apalagi setiap permintaannya dapat dipenuhi oleh Pak Maizun. Jika sebelumnya majikan hanya datang setiap bulan untuk mengambil bagian keuntungannya. Tapi ketika melihat keuntungan yang besar dari bisnis Pak Maizun, kini hampir setiap minggu majikan datang mengambil uangnya. Hari demi hari permintaan uang majikan pun semakin besar. Selain meminta uang, terkadang majikan pun meminta yang aneh-aneh, yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh Pak Maizun. Hingga akhirnya Pak Maizun merasa lelah dan kewalahan menghadapi majikan barunya dan memilih menyerah. Untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang akan menimpanya, Pak Maizun pun menjual usahanya dan meminta untuk dipulangkan ke Indonesia. Karena majikan tidak bersedia memulangkan, akhirnya Pak Maizun memilih jalan tarhil (dipenjara) agar bisa dipulangkan.

B E R S A M B U N G…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun