Mohon tunggu...
Ken Hirai
Ken Hirai Mohon Tunggu... profesional -

JIKA DIAM SAAT AGAMAMU DIHINA, GANTILAH BAJUMU DENGAN KAIN KAFAN. JIKA "GHIRAH" TELAH HILANG DARI HATI GANTINYA HANYA KAIN KAFAN 3 LAPIS, SEBAB KEHILANGAN "GHIRAH" SAMA DENGAN MATI (-BUYA HAMKA-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puncak Dendam Dhanapati Episode-1

15 Mei 2012   14:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di malam gelap yang masih buta, Dhanapati meninggalkan air terjun milik Padepokan Putri Harum Hutan. Luka-lukanya akibat terkena pukulan Ajian Serat Jiwa dan Jurus Waringin Sunsang belum sembuh total. Tapi dia tidak ingin lagi membahayakan dan merepotkan Kiran dan Putri Harum Hutan. Bagaimana pun yang dicari oleh Bhayangkara Biru adalah dirinya, bukan Kiran dan Putri Harum Hutan. Jika dia memutuskan tetap bersama Kiran dan Putri Harum, tentu sangat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

Keputusan untuk meninggalkan padepokan telah disampaikan kepada Putri Harum Hutan. Awalnya, Putri Harum Hutan tidak menyetujui karena mengkhawatirkan keselamatan Dhanapati yang masih terluka. Apalagi anggota Bhayangkara Biru telah menyebar telik sandi ke berbagai penjuru Wilwatikta untuk menemukan Dhanapati. Tapi tekad Dhanapati yang sudah bulat ingin mencari Maha Guru Begawan Agastina sudah tidak bisa dibendung lagi. Maka dengan jurus Halilintar Menembus Bumi, sekali kaki Dhanapati menjejak keras ke tanah diiringi dengan sekali desahan nafasnya maka dia telah lenyap di telan gelapnya malam.

Pagi harinya Kiran kebingungan mencari Dhanapati. Dilihatnya 3 Dara masih terlelap akibat terkena Serbuk Perangsang Asmara milik para begundal dari Gunung Lawu. Meskipun mereka telah diobati oleh Dhanapati, rupanya pengaruh racunnya belum juga hilang. Kiran pun mencari Putri Harum Hutan untuk menanyakan keberadaan Dhanapati. Dilihatnya, Putri Harum Hutan masih duduk bersemedi. Sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang. Kiran pun menunggu, dia tidak ingin mengganggu semedi Putri Harum Hutan. Tapi perasaan was-wasnya terhadap Dhanapati akhirnya memaksa langkahnya untuk mendekati Putri Harum Hutan.

Sebagai pendekar yang tingkat kesaktiannya sangat tinggi, Putri Harum hutan tentu saja tahu kegelisahan Kiran. Dia pun perlahan membuka matanya dan menatap lembut pada Kiran.

"Ada apa Kiran, kamu tampak gelisah sekali?", tanya Putri Harum Hutan.

"Ehhmm...anu...anu...putri, Dhanapati menghilang dari padepokan!", jawab Kiran gelisah dan bingung.

"Dhanapati telah memutuskan meninggalkan padepokan ini tadi malam, dia ingin mencari Mahaguru Begawan Agastina", Putri  Harum mencoba menjelaskan pada Kiran.

Mendengar penjelasan Putri Harum Hutan, Kiran semakin gelisah dan khawatir.

"Tapi Putri, bukankah Dhanapati masih terluka parah?", tanya Kiran lagi pada Putri Harum Hutan.

"Ya, aku tahu bahkan aku sudah berusaha mencegahnya, tapi tekadnya sudah bulat. Dia ingin membalas dendam atas kematian istri, anaknya dan penduduk Desa Weru", jawab Putri Harum mencoba menenangkan Kiran.

"Sudahlah Kiran, lupakan Dhanapati hari ini kita akan ke Trowulan, Pendekar Padi Emas telah menunggu kita disana", kata Putri Harum Hutan mencoba mengalihkan kesedihan Kiran.

"Para pendekar pembela kebajikan akan mengadakan pertemuan di Trowulan, dan aku diminta hadir disana", jelas Putri Harum Hutan melihat kebingungan Kiran.

==========*****===========

Sementara itu, di tempat lain tepatnya di Kedai Gerabah mbah Wongso, Pendekar Padi Emas, Pendekar Wolu Likur, Pendekar Misterius, Pendekar Candu Rusuh, Pendekar Kidung Sakti, Pendekar Harimau Hitam dan para pendekar pembela kebajikan lainnya masih mencari jalan keluar mengenai masalah Kayan, prajurit dari Sunda Galuh Pakuan yang diselamatkan oleh Pendekar Padi Emas dari pembantaian di Bubat. Kini mereka dihadapkan pada situasi dan pilihan yang serba sulit. Jika memilih menyelamatkan Kayan, itu artinya mereka akan dijadikan musuh oleh Kerajaan Majapahit yang artinya mereka akan dijadikan target oleh pasukan Bhayangkara Biru. Tapi jika mereka menyerahkan Kayan pada pasukan Bhayangkara Biru, itu artinya mereka telah mengkhianati cita-cita luhur pendekar pembela kebajikan.

Sementara itu, Kayan yang sedari tadi menjadi objek pertemuan tersebut masih tampak gemetar ketakutan. Mulutnya terkunci rapat. Kedua tangan dan kakinya seperti tak bisa digerakkan. Meskipun yang dihadapi sekarang adalah para pendekar pembela kebajikan tapi dia belum tahu nasibnya, apakah akan diserahkan ke pasukan Bhayangkara Biru atau di pulangkan ke Sunda Galuh Pakuan.

"Aku akan menyelamatkan Kayan dan membawanya kembali ke Sunda Galuh Pakuan", kata pendekar Padi Emas memecah kesunyian di ruangan tersebut.

"Aku juga ingin menemui sahabatku di Madangkara, Pendekar Brama Kumbara", lanjut Pendekar Padi Emas menjelaskan tujuannya ke Sunda Galuh Pakuan.

"Baiklah, kalo itu sudah menjadi keputusan Pendekar Padi Emas aku siap mendukung", ucap Pendekar Misterius tetap dengan capingnya yang menutupi seluruh wajahnya. Di sampingnya, nampak Nyai Daunilalang yang selalu setia menemani Pendekar Misterius sedang asyik memainkan konde ilalangnya.

(B e r s a m b u n g...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun