Mohon tunggu...
Ken Hirai
Ken Hirai Mohon Tunggu... profesional -

JIKA DIAM SAAT AGAMAMU DIHINA, GANTILAH BAJUMU DENGAN KAIN KAFAN. JIKA "GHIRAH" TELAH HILANG DARI HATI GANTINYA HANYA KAIN KAFAN 3 LAPIS, SEBAB KEHILANGAN "GHIRAH" SAMA DENGAN MATI (-BUYA HAMKA-)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkumpullah dengan Orang-Orang Hebat, Mungkin Anda Juga Bisa Menjadi Hebat!

13 Mei 2012   13:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21 4414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Yogi Ahmad Erlangga,"Penemuan ini berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan, biarlah penemuan ini menjadi milik publik".

Selama tinggal di Arab Saudi saya telah bertemu dengan banyak orang-orang hebat. Dari para pejabat pemerintah, tokoh politik, pebisnis hingga para ilmuwan kelas dunia. Banyak hal yang saya dapatkan dari mereka. Dari kisah duka hingga kisah sukses mereka. Jalan yang mereka tempuh ternyata sangatlah panjang dan berliku.

Di tulisan ini saya akan membagi kepada anda kisah sukses salah satu orang hebat yang pernah saya temui. Ya, dia adalah Dr. Yogi Ahmad Erlangga, matematikawan dunia asal Tasikmalaya pemecah "Rumus Helmholtz."

Pertemuan saya dengan orang hebat ini terjadi pada kegiatan seminar tentang "Muslim yang Berkarakter dan Motivasi Sukses" yang diselenggarakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh. Dalam sambutannya Pak DUBES menyampaikan rasa terimakasihnya kepada para TKI professional yang mulai mengisi posisi-posisi terhormat di Arab Saudi. BanyakTKI Profesional Indonesia yang sudah dipercaya mengisi posisi-posisi penting di ARAMCO, SABIC, STC, perguruan tinggi, perbankan dan perhotelan. Pak DUBES juga berharap agar makin banyak lagi TKI professional yang mau bekerja di Arab Saudi sehingga bisa membantu meningkatkan citra Indonesia.

Kehadiran Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang bersedia berkarya di Arab Saudi juga merupakan kebanggan tersendiri bagi Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi. "Habibie muda telah lahir," kata Pak Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi ketika memuji penemuan Dr. Yogi Ahmad Erlangga dalam sambutannya. Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak. Banyak industri penerbangan di berbagai negara memakai rumus penemuan Habibie tersebut, termasuk NASA di Amerika.

Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Delft University of Technology (DUT)- Belanda, mampu mengulang kesuksesan Habibie. Dr. Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, yang sudah berumur lebih dari 40 tahun tak ada seorang pun yang berhasil memecahkannya. Persamaan matematika Helmholtz adalah rumus matematika yang sering digunakan untuk mencari titik lokasi sumber minyak bumi itu. Setelah Dr. Yogi berhasil memecahkan persamaan Helmholtz, maka industri perminyakan bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian sumber minyak bila dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu, penemuan ini juga mampu mengurangi biaya hardware hingga 70%.

Dr. Yogi mengungkapkan, sebelum persamaan Helmholtz dipecahkan olehnya, perusahaan-perusahaan perminyakan selalu memiliki masalah besar dalam menemukan sumber minyak bumi. Persamaan Helmholtz yang digunakan oleh perusahaan minyak waktu itu sangatlah tidak efisien karena membutuhkan biaya tinggi, waktu yang lama dan membutuhkan ribuan komputer untuk melakukan survey hanya di satu daerah saja.

Hebatnya, meskipun penemuan untuk memecahkan Rumus Helmholtz sangat fenomenal dan sangat menguntungkan industri perminyakan dan insdustri gelombang, Dr. Yogi tidak mematenkan penemuannya tersebut. Ini alasan beliau sehingga tidak mematenkan hasil penemuannya yang spektakuler tersebut:

"Penemuan ini berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan, biarlah penemuan ini menjadi milik publik".

Bermimpi Ingin Memajukan Indonesia

Menurutnya, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan India, China dan Korea. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang dan banyak masyarakatnya yang miskin. Dia mencontohkan, tahun 1970, Indonesia, Malaysia, India, Korea, China were nothing, tahun 1980, Korea became something, tahun 1990 Malaysia started to be something. Sekarang, China dan India is everything. Unfortunately, we are still nothing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun