Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Kau mungkin lupa. Ah, tak mengapa.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari benar-benar merajai. Langkah kecilku lengkap menyapu lapangan sekolah kita. Bersama debu yang menghambur diantara kaki-kaki yang berlarian berebut bola. Ah, aku benci pelajaran olahraga. Saat anak-anak lain bergembira menunggu-nunggu jam pelajaran olah raga dimulai. Bagiku itulah awal derita. Tubuhku kecil, mungil tak ideal untuk pelajaran macam ini. Servis voliku tak pernah masuk-masuk, prestasi terbaikku bola menyentuh net, tak melampauinya sekali pun. Basket, apalagi. Tes memasukan bola ke dalam ring, akulah juru kuncinya. Tak jauh-jauh dari nol besar, kalaupun masuk sudah Alhamdulillah, bonus dari Tuhan.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu? Ah sudahlah. Aku jujur bukan, ketika kukatakan disetiap tahunnya, akan ada hari-hari yang kubenci. Yah itulah hari dimana ada pelajaran olahraganya. Ketika pemilihan guru favorit setiap tahunnya, bisa kutebak apa yang ada di kepala anak-anak lainnya. Guru bahasa dan olahraga akan merajai puncak suara. Kau tahu, aku akan menutup rapat surat suaraku hari itu, hingga tak kuizinkan sesiapapun melihatnya. Karena pilihanku tak popular. Akan ada nama-nama langka yang bahkan bila dilafazkan orang-orang akan mengkerutkan keningnya tak mengerti nama guru-guru kami yang manakah gerangan. Dengan yakin aku tuliskan nama Bu Sita, guru matematika kami yang terkenal galak itu. Atau Pak Badrus guru biologi yang dianggap anak-anak sebagai guru yang gagal paham selera anak muda.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Bahwa seluruh rahasia hidupku ada ditanganmu. Kau tahu aku benci olahraga namun cinta mati pada ilmu pasti. Bukan karena aku menyukai angka-angka. Bukan karena kekagumanku pada amuba yang mampu membelah diri sesukanya. Bukan karena aku paling tahu bagaimana membedakan asam dan basa. Bukan. Bukan karena aku mengidolakan eistein, newton dan sejenisnya, ah, siapa yang peduli nama-nama itu bila kau tanya pada orang-orang di kampungku. Tentu saja bukan itu. Saat pelajaran-pelajaran itu aku menemukanmu. Menemukan kelemahanmu. Kelemahan yang menarikmu kepadaku. Aku suka itu. Menatap wajah bingungmu ditengah-tengah hitungan logaritma. Menertawai gerutu dan kesalmu karena tak mampu membedakan mana gaya mana daya. Menunggu-nunggu sejumput tanyamu kepadaku tentang apa itu protozoa ataupun molusca. Haaa, aku suka tentang semua itu. Aku menjadi sempurna disana.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu, saat matahari tak sedikitpun toleransi pada anak-anak negeri ini. Kami dipaksa berlari mengelilingi lapangan sekolah ini sebanyak tiga kali atas nama edukasi, pemanasan sebelum latihan biar kau tak pingsan dan kejang-kejang, begitu petuah guru favorit sekolah ini. Ahh, lengkap sudah kebencianku pada pelajaran ini. Sumpah serapah menyampahi bibirku. Kau tak akan pernah tahu. Hingga pada saat pluit tanda istirahat itu pun berbunyi. Aku tersandar dengan napas satu-satu. Wajahku basah oleh keringat dan erangan. Persis lenguhan budak-budak belian di perkebunan Araruna. Aku haus, awas mencari kiranya dimana sumber pelepas dahaga. Hingga mata ini tertuju padamu. Ya engkau... disana, bersama gadis berkacamata minus itu.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Jam 12 siang itu. Waktu seolah berputar terbalik sejak saat itu. aku mulai tak bisa membedakan lab kimia dengan lapangan olahraga, sama-sama busuk. Pelajaran matematika seolah berisi kumpulan angka-angka setan yang memusingkan. Biologi tak lagi menyenangkan. Peduli apa aku dengan cara reproduksi binatang tak bertulang belakang. Ah, aku bahkan lupa nama-nama guru yang akan kutulis saat pemilihan nanti. Susah payah aku mengingatnya, sesusah menghapalkan nama penemu fosil-fosil manusia prasejarah dunia. Tunggulah nanti, saat waktu itu datang surat suaraku tak akan lagi tertutup rapat. Aku akan ada di tengah kerumunan, bersorak mengiyakan, setuju bukan kepalang, guru olahraga pasti menjadi pemenang.
Ingatkah kau, kamis tengah hari. Pukul 12 siang itu ... saat aku tak lagi mengutuki pelajaran olahraga. Maka, berbanggalah ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H