Saya  sangat mengagumi  Novel - Novel karya Andrea Hirata, saya sangat suka dengan gaya bahasa dan alur ceritanya, kali ini yang akan sedikit saya bahas adalah Novel Berjudul AYAH tahun 2015.
Cerita ini tentang kehidupan seorang Sabari yang berjuang demi cintanya yang sangat gigih dan pantang menyerah sesuai dengan namanya Sabari adalah orang yang penyabar, cerita ini masih berlatar d Belitung seperti novel -novel Andrea Hirata lainnya.
Sabari bersama sahabatnya Akun, dan Tamat adalah teman bermain dan juga teman di sekolah tiga orang ini adalah anak - anak yang tidak populer di SMA, cerita bermula saat sabari mengenal Marlena wanita cantik yang membuat Sabari jatuh hati bermula dari tes saat pendaftaran masuk SMA Negeri.
Marlena yang merebut kertas jawaban Sabari untuk di conteknya, paras wajah cantik Marlena si anak pengusaha batako mencuri hati Sabari. setelah selesai Marlena pun memberikan pensilnya kepada Sabari sejak saat itulah jikalau Sabari rindu pada Marlena dia selalu menggenggam pensil pemberian Marlena, dia menyebutnya Marlena dengan sebutan "purnama kedua belas''.
Berkali - kali perjuangan Sabari untuk mendapatkan cinta dari Marlena, semakin dia berusaha untuk menaklukan hati Marlena semakin besar pula penolakan cinta oleh Marlena, cinta Sabari bertepuk sebelah tangan.Â
Setelah lulus sekolah Sabari pergi merantau untuk bekerja di pabrik es yang berada di Tanjong Pandan, dengan tujuan untuk melupakan Marlena yang selalu membayangi pikirannya, dia bekerja sangat keras tak kenal lelah agar bisa melupakan Marlena, tetapi perasaan itu makin besar, perasaan rindu kepada Marlena.
Hingga suatu ketika Sabari mencoba melamar pekerjaan di pabrik Batako milik Tuan Markoni beliau tak lain adalah ayah dari Marlena, dia pun melamar di pabrik milik ayah Marlena dan setelah melalui proses interview yang sangat sengit.
Akhirnya Sabri di terima di pabrik batako milik ayah Marlena  Tuan Makroni. Selama menjadi karyawan pabrik batako itu,  Sabari selalu menjadi karyawan terbaik berturut- turut di perusahaan Pabrik Batako itu. Tetapi bukan itu tujuannya yang ingin dicapai oleh Sabari tak lain adalah agar bisa dekat dengan Marlena. Bisa melihat dan memandang Marlena gadis yang ia cintai.
Marlena selalu diantarkan pulang dengan laki- laki yang berbeda, dan selalu diakhiri  dengan cek cok dengan ayahnya Tuan Markoni, hampir setiap hari perselisihan itu terjadi. Namun semua itu tak memngurangi kadar cinta Sabari terhadap Marlena. Hingga suatu ketika akibat pergaulan bebas Marlena pun berbadan dua dan tak tahu perbuatan siapakah itu.Â
Sabari mengetahui keadaan Marlena yang hamil dan tak diketahui perbuatan siapa tetapi sekali lagi tak mengurangi cinta Sabari dari awal masih sama.Â
Sabari menyampaikan pesan kepada temannya dengan maksud agar sampai ke tuan Markoni bahwa dia mau menjadi suami dari anaknya Marlena wanita yang selama ini selalu ia dambakan dan ia rindukan, dan pesan itu pun sampai ke tuan Markoni.
Marlena dan Sabari akhirnya menikah, Ukun dan Tamat heran saat melihat mereka berdua seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat, dan nampaknya para hadirin di pesta pernikahan Sabari dan Marlena pun sependapat dengan Ukun dan Tamat. Walaupun sudah menikah tetap saja Marlena tidak mencintai Sabari mungkin dia adalah orang yang paling dibencinya, dan walaupun sudah menikah Marlena tak mau tinggal serumah dengan Sabari.Â
Sementara Sabari tinggal sendiri menyiapkan rumah untuk Marlena dan buah hati meraka kelak, hari yang dinanti pun tiba Marlena melahirkan anak lelaki bernama Amiru, Â Sabari memanggilnya Zoro, Setelah melahirkan zoro Marlena dengan kebiasaannya yang ingin selalu bebas meninggalkan Sabari untuk berpetualang tetapi Sabari tak menghiraukan karena dia sudah bahagia bersama dengan Zoro. sabari sangat bahagia bersama anaknya Zoro.
Marlena kembali dan mengambil Zoro dari Sabari untuk dibawanya pergi, Â dan diajaknya berpindah - pindah sesuka hatinya karena Marlena adalah wanita yang ingin selalu bebas. Â Sepeninggalan Zoro yang di bawa oleh Marlena Sabari pun menggelandang di pasar layaknya orang gila.Â
Melihat kondisi Sabari yang memprihatinkan sahabatnya Ukun dan Tamat pun mencoba mencari Marlena dan anaknya Zoro, mereka berkeliling  mejelajahi sampai pulau Sumatera hingga sekian lama dan akhirnya pun mereka menemukan Marlena dan Zoro. mereka pun membujuk Marlena agar bisa mengajak Amiru kembali ke Belitong untuk menemui ayahnya sabari, dan Marlena pun mengijinkannya.
Zoro yang semakin dewasa pun terkadang tinggal bersama ayahnya Sabari dan terkadang bersama ibunya Marlena. amiru atau Zoro tinggal di Belitong bersama Sabari hinggga menamatkan SMA.Â
Amiru menemani sabari di ahri - hari tuanya hingga Sabari meninggal, Amiru memeinta pembuat pusaran makam menuliskan puisi di pusaran ayahnya yaitu" Biarkan aku mati dalam keharuman cintamu" teringaat dia dengan kata - kata ayahnya, "Ingat, Boi, dalam hidup ini semua terjadi tiga kali. pertama aku cinta ibumu, kedua aku mencintai ibumu, ketiga aku mencintai ibumu."( Ayah - 394). Dan tak lama kemudian Marlena juga meningal dan dia berpesan agar dimakamkan di samping Sabari dan dia berpesan di pusarannya untuk di tuliskan " Purnama kedua belas" begitulah dulu Sabari  selalu memanggil Marlena.
Kisah cinta Sabari sangat menguras emasional sebagai pembaca, cintanyakepada Marlena begitu tulus dan tak kenal kata menyerah. Walaupun berkali - kali ditolak tetapi Sabari tak pernah patah semangat. Sifat yang patut di contoh dari tokoh Sabari adalah pantang menyerah.
Sedikit kutipan dari saya untuk lebih jelasnya beli bukunya, gaya bahasa ala melayunya keren dan ceritanya bagus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI