Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Oleh-oleh dari Luar Negeri untuk Pendidikan Karakter

12 April 2017   10:04 Diperbarui: 12 April 2017   10:25 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Anak-anak itu berusaha mencari tempat sampah. Namun karena letaknya agak jauh di depan, mereka kemudian.. menyimpan kembali sampah-sampah itu ke dalam tasnya. Sebagian tampak memasukkan bungkus permen ke.. sakunya. Sampah yang tercecer ke lantai kereta pun mereka pungut kembali.

     Aku terpana. Ada yang menyentuh hati, bahkan serasa menohok perasaan. Seketika itu pula aku mendapatkan jawaban mengapa jalanan, taman, halaman gedung, dan semua tempat tampak bersih. Semua warga termasuk anak-anak ternyata sangat berdisiplin memperlakukan sampah.  

Teringat Sampah Jakarta

     Dalam perjalanan pulang ke Sydney dari Campbelltown, aku masih terus merenung. Pikiranku melayang ke Jakarta, mengingat kembali para penumpang angkutan umum yang membuang bungkus makanan asal saja, bahkan penumpang mobil pribadi yang sembarang melemparkan sampahnya ke jalanan. Aku membayangkan sampah-sampah yang berserak di tempat wisata, hingga ke perairan pantai Jakarta. Lalu, pikiranku malah melanglang ke kasus tawuran pelajar, narkoba, korupsi, radikalisme dan berbagai ”ketidaktertiban” lainnya di negeriku tercinta.

     Aku mendadak menganalisa bahwa keadaan sebuah bangsa, sebenarnya mungkin berawal dari karakter anak-anaknya, dari disiplin kecil yang tak pernah terbayangkan, yang baru saja kulihat. Langkah kecil inilah yang mungkin menjadi awal pembentukan karakter sebuah bangsa, yang telah membuat Australia, Jepang, Korea, Jerman, Perancis, atau yang lainnya, menjadi bangsa semaju sekarang. 

     Jika anak-anak sejak dini sudah berdisiplin menangani sampah, sangat mungkin mereka pun akan bijak menangani yang lainnya setelah dewasa. Mungkin mereka akan tahu bahwa korupsi itu tercela, sikap intoleran itu tidak adil, karena mereka mengerti bahwa sekadar membuang sampah sembarangan saja sudah merupakan kesalahan. 

     Akhirnya, pulang dari Sydney aku membawa oleh-oleh berharga, yang bukan hanya menjadi bahan ceritaku kepada keluarga, tapi sekaligus sebagai bahan pendidikan untuk anak-anak kami. Mereka harus diajari hidup tertib, teratur, dan kuncinya adalah disiplin. 

     Disiplin sederhana menangani sampah lalu kuajarkan kepada keponakan-keponakanku yang masih kecil, yang kebetulan aku asuh. Secara perlahan, pelajaran ini membuahkan hasil. Sejak usia 6 tahun, keponakan-keponakanku sudah bisa mengajari teman-temannya cara membuang sampah yang benar. Bukan hanya itu, jika menemukan uang di halaman, misalnya, mereka akan mencari siapa yang menjatuhkannya, sebab uang itu bukan miliknya. Ketertiban, keteraturan telah mengajarkan bahwa segala sesuatu harus diletakkan, atau dikembalikan pada tempatnya yang benar. Filosofinya berawal dari sana. 

     Kini keponakan-keponkanku sudah beranjak remaja. Pola pikir keteraturan yang tertanam dalam benaknya membuat karakternya begitu proporsional. Mereka terlihat supel, bisa menerima perbedaan, dan tidak memaksakan kehendak. Anakku lahir belakangan, dan aku tentu akan mengajarkan pendidikan yang sama untuk membangun karakternya. Pembentukan karakter sesungguhnya adalah inti dari seluruh pendidikan.

Mendukung Pendidikan Karakter 

     Sydney atau Australia tentu bukan kesempurnaan yang harus ditiru seluruhnya. Tapi sisi baiknya mungkin bisa jadi sebuah keniscayaan untuk dicontoh, di luar sisi buruknya –seandainya ada. Indonesia, setidaknya sampai hari ini, masih berjuang menjadi lebih baik. Harus diakui, bahwa sejumlah persoalan bangsa sebenarnya bermula dari soal karakter. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun