Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Oleh-oleh dari Luar Negeri untuk Pendidikan Karakter

12 April 2017   10:04 Diperbarui: 12 April 2017   10:25 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Lihat saja kasus korupsi yang konon sudah jadi budaya. Berdasarkan data Mahkamah Agung (MA), kasus rasuah itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, MA menerima 13.977 perkara korupsi. Dan, pada2016 jumlahnya meningkat menjadi 14.564 perkara  (cnnindonesia.com,29 Desember 2016). Yangmenyedihkan, pelaku korupsi itu justru penegak hukum sendiri.

     Di pihak lain, ancaman yang tak kalah berbahayanya adalah sikap intoleran, bahkan gerakan radikalisme yang berujung pada terorisme, yang eskalasinya juga memprihatinkan. Sikap-sikap intoleran dan anti perbedaan sesungguhnya sangat bertentangan dengan spirit budaya bangsa yang menjunjung keberagaman seperti tertuang dalam ungkapan leluhur, BhinnekaTunggal Ika. Karena itulah, persoalan karakter bangsa menjadi pekerjaan besar yang harus segera dituntaskan. 

     Syukurlah, pembenahan karakter kini menjadi prioritas pendidikan yang jadi komitmen pemerintah Presiden Joko Widodo. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini telah mencanangkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), untuk membangun budaya dan karakter baik anak-anak bangsa. Ada 18 nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang telah ditetapkan, antara lain Toleransi, dan Disiplin yang mengacu pada perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Juga ada karakter Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air yang mengacu pada cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Program PPK telah diujicobakan di 542 sekolah pada 2016 lalu, dan tahun ini akan diterapkan di 9.830 sekolah. Targetnya, pada 2020, seluruh sekolah sudah menerapkan program PPK. 

     Program PPK perlu didukung seluruh masyarakat, dengan memulai penerapannya pada diri sendiri, di tiap keluarga Indonesia, dan kemudian bersama-sama menyukseskannya dalam gerakan formal di sekolah. Pendidikan dan kebudayaan bangsa yang luhur harus menjadi basis gerakan ini. Para guru atau pendidik yang terlibat dalam program besar ini betul-betul harus yang terpilih secara baik dan benar, karena karakter mereka akan jadi tauladan bagi para peserta didik.

     Program PPK harus menjadi gerakan revolusi karakter yang dilaksanakan bangsa ini secara konsisten. Perbaikan total terhadap karakter bangsa yang berbasis pada pendidikan dan kebudayaan itu sangat mendesak dilaksanakan, untukmencegah bangsa ini terjerumus pada ketidaktertiban yang makin membahayakan. *****

Endang

sydneyfoto-58ed9934f37e613136a403cc.jpg
sydneyfoto-58ed9934f37e613136a403cc.jpg
Sukendar

esukendar@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun