Setelah berpamitan dan saling melempar pandang sejenak penuh arti dia membalikkan badannya dan berlalu dari hadapan si dia. Dia membuka pintu mobil dan duduk di depan stir. Mengontak untuk menghidupkan mesin namun tak segera menjalankan mobilnya. Hatinya galau gundah gulana. Rasa hati berat meninggalkan si dia. Hatinya lambat laun mulai tertambat pada si dia. Janda beranak satu yang kini menggetarkan birahinya. Perasaannya mulai hanyut dengan alunan cinta dan rindu yang terlarang. Di satu sisi tulang rusuk belahan jiwa di rumah dan buah hatinya juga tak kuasa untuk ditelantarkan demi menuruti kesenangan dan kepuasan diri sendiri belaka. Kepalanya pusing pikiran pening dan pilihan-pilihan berputar berkeliling ditambah suara mesin mobil tuanya menambah berat isi kepala. Lehernya seakan tak mampu lagi menopang beratnya kepala. Dia meletakkan jidatnya di atas stir mobil sejenak untuk membantu meringankan beban leher yang sudah kepayahan menegakkan kepala. Beberapa saat dia berusaha menyadarkan diri. Berusaha menenangkan diri untuk mengambil pilihan yang benar. Namun lagi-lagi ternyata tidak gampang. Kepalanya masih saja pusing dengan hayalan-hayalan indah menikmati getaran alunan dawai asmara cinta terlarang bersama si dia. Dia mengangkat kepala dari atas stir mobilnya. Namun bukannya segeramenjalankan mobil dia malah menjedot-jedotkan jidatnya di atas stri mobil,,,sambil hatinya membentak-bentak,,,”SADAR LE,,,SADAR” pada dirinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H