Mohon tunggu...
Ken Ayu rumadi putri
Ken Ayu rumadi putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ken Ayu Rumadi Putri

Ken Ayu Rumadi Putri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Hasil Penelitian Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis

26 Desember 2022   08:08 Diperbarui: 26 Desember 2022   08:13 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEN AYU RUMADI PUTRI_200402080025

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

HASIL ANALISIS

3.1Kritik Sastra pada Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis

Teori postkolonialisme adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, sastra, ekonomi dan sebagainya, yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa modern. Objek penelitian Postkolonialisme mencakup aspek-aspek kebudayaan yang pernah mengalami kekuasaan imperial sejak awal terjadinya kolonialisasi hingga sekarang. Termasuk berbagai efek yang ditimbulkannya. Cakupan teori ini sangat luas yang berkaitan dengan ras, agama, hegemoni, budaya dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, penjajahan yang terjadi menyisakan masalahmasalah yang perlu diperhatikan karena akan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan bangsa dan masyarakat khususnya bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang pernah mengalami penjajahan sangat terpengaruhi oleh sistem dan mekanisme yang telah diterapkan oleh pemerintah kolonial yang berdampak pada kepribadian masyarakatnya seperti yang digambarkan oleh tokoh-tokoh dalam novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis.

Novel Salah Asuhan terbit pertama kali pada tahun 1928. Novel ini merupakan novel pertama dari empat novel yang dituliskannya. Yaitu Pertemuan Jodoh (1933), Surapati (1950), dan Robert anak Surapati (1953). Novel Salah Asuhan ini menceritakan tentang konflik, adaptasi, dan berbagai bentuk hubungan 34 antara kebudayaan Barat dan Timur. Novel ini juga banyak membahas gejalagejala yang terjadi dalam masyarakat pada zaman penjajahan.

Berdasarkan hal tersebut, novel Salah Asuhan sangat erat kaitannya dengan teori Postkolonialisme dari beberapa aspek, yaitu dari segi judul, novel Salah Asuhan sendiri mengindikasikan suatu kekeliruan dalam mengadopsi kebudayaan Barat yang secara keseluruhan cerita berdampak negatif terhadap bangsa, khususnya generasi muda. Kemudiaan dari segi tema, dalam hal ini pengarang menyajikan keseluruhan cerita yang membahas perbedaan antara budaya Barat dan Timur. Hal ini pula digambarkan dalam sebuah kutipan:

".................................................................................." "Juga sepanjang hematku, tentu engkau sudah lebih daripada insaf, bahwa aku sangat menyalahi perkawinan campuran itu. Aku heran, bagaimana engkau sendiri tidak memikirkan sampai ke sana. Meskipun banyak orang yang sedang berusaha akan merapatkan Timur dengan Barat, tapi buat zaman ini bagi sebagian orang yang terbesar masihlah, Timur tinggal Timur, Barat tinggal Barat, takkan dapat ditimbuni jurang yang membatasi kedua bagian itu." (Moeis, 2010: 65-66)

Kutipan tersebut menunjukan bahwa Corrie pun sangat tidak mengindahkan pernikahan campuran tersebut. Dipandangnya, bahwa itu merupakan kesalahan terbesar yang akan menimbulkan jurang perbedaan yang tinggi antara kebudayaan Barat dengan Timur.

Kemudian pada tokoh Hanafi sendiri merupakan tokoh yang hanya diasuh oleh seorang ibunya sebab ayahnya telah meninggal dunia sejak Hanafi masih kecil. Ibu Hanafi sangat berambisi agar anaknya mendapat pendidikan yang sangat tinggi sehingga ia menyekolahkan anak tunggalnya di salah satu sekolah didikan dari orang-orang Belanda di Betawi, sejak saat itulah Hanafi bersikap kebarat-baratan dan sangat merendahkan bangsanya sendiri akibat dari didikansekolah tersebut. Keadaaan Hanafi yang rupanya molek, kulitnya tidaklah hitam bagaikan Bumiputra kebanyakan. dan Hanafi sendiri benci terhadap bangsanya, Bumiputra. Pelajarannya, tingkah lakunya, perasaaanya sudah menurut cara Barat, kalau ia tidak tinggal bersama ibunya yang sangat kampung tentang tabiat dan perasaannya, tak akan adalah yang akan menyangka bahwa Hanafi orang Melayu. Ibu Hanafi telah merasa 'Salah Asuh' kepada anaknya itu, yang membuat Hanafi membenci pada bangsanya sendiri. Hal ini digambarkan dalam kutipan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun