Seorang Profesor Thabrany niscaya tidak akan khilaf logika dengan premis dan konklusi penelitian ilmiahnya. Bila sampai terjadi khilaf, maka terbuka pembenaran bagi dakwaan para pihak yang berseberangan dengannya, bahwa survei Prof Thabrany disetir oleh kekuatan politik-ekonomi farmasi nikotin dunia.
Jadi, benar orang miskin dan anak-anak tidak akan membeli rokok yang harganya 50 ribu sebungkus.
Tapi tidak benar akan membuat perokok berhenti membeli rokok ilegal, atau produk tembakau.
So, harga rokok 50 ribu per bungkus tidak akan membuat orang berhenti merokok.
Maka, tidak akan terjadi penurunan jumlah perokok.
Penurunan penerimaan cukai negara, malah iya, hehehe.......
Mau melenyapkan rokok dari bumi Indonesia, gampang. Haramkan dan larang, seperti di negara-negara Arab atau Islam.
Berani ga ? Saya siap mendukung. lhooo....
hehehe......
sumber gambar: tribunnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H