Mohon tunggu...
Ken Dedes
Ken Dedes Mohon Tunggu... -

Titisan Ken Dedes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Rintihan Penerusku, Raden Damarwulan"

8 Agustus 2011   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_123992" align="aligncenter" width="185" caption="Damarwulan"][/caption]

Satu lagi penerus Ken Dedes dan Ken Arok yang terkenal dan berjaya di tanah Jawa, penerus kerajaan besar Majapahit, Raden Damarwulan. Sayangnya ia harus mati dengan tragis karena ketidakadilan yang terdapat dalam kitab Pararaton dan dituliskan sebagai naskah drama terkenal oleh pengarang Indonesia Sanoesi Pane dalam karyanya SANDHYAKALA NING MAJAPAHIT.

....."Dengarlah rintihan Raden Damarwulan, yang melihat tingkah polah para ksatria, prajurit dan birokrat Majapahit yang arogan, yang semena-mena menjungkir balik etika, menindas rakyatnya..."

....Indah rupa langit nilakandi

Disinari oleh Dewa Surya

Tertawa puspa di lereng

Gemilang puncak gunung

Mayapada indah sekali

Laksana Suryalaya

Tanah mulya sungguh

Jawa serta Nusantara

Jiwa sukma jantung Batari Pertiwi

Kekasih Sang Dewata.

Dewata, jikalau Paduka sungguh ada,

Limpahkanlah damai ke dalam hatiku,

Aku seperti pengembara, kakiku luka, badanku remuk,

Penderitaan manusia seperti berkumpul dalam hatiku.

Dewata-dewata

Jiwaku mati dalam tubuhku, aku tak dapat merasa lagi,

Inikah jalan ke Nirwana atau jalan keedanan?

Wisnu, o, Wisnu!

Dengarlah ratap tangis jiwaku

Bersama daku berkeluh kesah kemanusiaan

Wisnu, o, Wisnu.....

**Sandhyakala Ning Majapahit, Sanoesi Pane, Pustaka Jaya 1971**

Keterangan:

Akhir cerita drama Sandhyakala Ning Majapahit ini lain sekali dengan buku yang dijadikan dasar penulisan cerita itu, yakni Serat Damarwulan. Sanusi Pane mengatakan bahwa sebagai dasar penulisan drama Sandyakala Ning Majapahit adalah Serat Damarwulan dan cerita Raden Gajah yang terdapat dalam Pararaton.

Cerita Damar Wulan diakhiri dengan kebahagiaan. Keberhasilan Damar Wulan membawa kepala Menak Jingga ke Majapahit menyebabkan dia menduduki tahta kerajaan serta dinikahkan dengan sang ratu. Damar Wulan bergelar Prabu Brawijaya serta hidup dengan kejayaannya. Sebaliknya, Sandyakala Ning Majapahit diakhiri dengan peristiwa yang tragis. Di samping Damar Wulan tidak dinikahkan dengan Ratu Majapahit, dia juga dituduh sebagai pengkhianat. Tuduhan itu mengakibatkan Damar Wulan dihukum mati. Sepeninggal Damar Wulan, kerajaan Majapahit diporakporandakan balatentara dari Kerajaan Bintara.

.....ting nang...ting...nung...dug...dug...dug....

(dalang menutup layarnya)

-tamat deh-

- sumber tulisan dan gambar: mbah google dan facebook (keywords: Sanusi Pane, Damarwulan, Sandhyakala Ning Majapahit)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun