Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Financial

Depresiasi Rupiah, Berkah Ekonomikah?

5 Juli 2018   18:44 Diperbarui: 5 Juli 2018   19:00 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perseteruan dagang antara China dan Amerika makin meningkat tensinya,  Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan meningkatkan tensi   perdagangan dengan tarif sebesar US$400 miliar dalam barang-barang  China  jika Beijing membalas tarif AS yang dikenakan mulai hari Jumat  mendatang pada 6 Juli 2018, AS akan menerapkan tarif pada US$34  miliar impor  China. Bila tarif tambahan disetujui publik maka AS akan  mengincar US$50  miliar impor China. Produk tersebut akan dikenakan  tarif 25%.Pada hari yang sama, pemerintah China juga mengumumkan  pengenaan bea  masuk pada US$34 miliar produk AS, aturan ini juga  berlaku 6Juli.

Jika ancaman itu benar dilaksanakan diperkirakan  akan merusak mata rantai perdagangan global khusunya negara negara  berkembang, termasuk eksport Indonesia ke China. 

Kurs hari ini  ditutup melemah 265 basis point  dibanding hari kemarin menjadi Rp  14.635 per US $,  melihat tensi perang dagang makin tinggi akan menjadi  sentimen negative terhadap rupiah. Menghadapi situasi yang berubah  setiap saat dimana Indonesia masih berupaya memperkecil defisit  transaksi berjalan diperlukan langkah kongkrit untuk menahan laju  pelemahan rupiah.

Fluktuasi  rupiah sulit diprediksi, diperkirakan  akan masih terjadi  pelemahan, para investor akan terdorong mencari  investasi yang paling aman berupa mata uang US $ yang  dinilai  menguntungkan. Jika pelemahan nilai tukar terus berlangsung, diprediksi  para pelaku  ritel akan menaikan harga jual yang dipengaruhi oleh  kenaikan production cost.

Usaha ritel umumnya memiliki stock mata  dagangan, untuk sementara mungkin saja belum menaikkan harga jual, namun  jika rupiah terus mengalami pelemahan, maka mau tidak mau harus  menyesaikan harga. Yang paling terkena imbas pelemahan nilai tukar  adalah industri makanan yang masih mengandung konten import seperti terigu dan juga industri kosmetika.

Hubungangan perdagangan dengan  China masih terjadi defisit, BPS mencatat per Mei 2018, kinerja ekspor  Indonesia mencapai US$ 16,12  miliar atau meningkat 10,90% dibandingkan  April 2018, sedangkan  dibandingkan Mei 2017 meningkat 12,47%.  Sebaliknya, import per Mei 2018 sebesar US$ 17,64 miliar. Angka ini naik 28,12% dibandingkan Mei 2017. China masih jadi negara asal impor  terbesar. Defisit perdagangan inilah menjadi salah satu pemicu pelemahan  rupiah.

Selain itu China tercatat sebagai negara yang paling banyak memasok laptop ke  Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, impor laptop  dari China di Maret 2018 sebanyak (netto) 756.983 kg dengan nilai  Rp 1,4 triliun. Dari 3 juta unit kebutuhan laptop di Indonesia, lebih dari 60 % dipasok dari dari import yang didominasi produk china.  Bukan itu saja, dalam waktu dekat  DKI akan mengimport 10.000 ton bawang putih dari China.

Diperkirakan, imbas dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat, China akan melirik Indonesia sebagai tujuan ekport potensialnya, produk China akan lebih membanjiri Indonesia.

Sebetulnya, masih ada waktu pemerintah untuk  mengambil langkah menahan laju pelemahan, namun langkah pemerintah  tersebut akan berlomba dengan tensi pereseteruan dagang antara China dan  Amerika Serikat. Seperti langkah yang diambil BI menaikan suku bunga  acuan juga berlomba dengan dengan langkah yang ditempuh the Fed.

Indonesia berencana membatasi import, namun melihat data statistik diatas, kemungkinan China akan lebih menggenjot exportnya ke Indonesia. Dan harus diingat, Indonesia adalah anggota World Trade Organization ( WTO ) dalam era perdagangan bebas dunia. Pembatasan import hanya mungkin terjadi kalau diinisiasi oleh pelaku perdagangan atau pemilik uang.

Dalam sudut pandang yang sempit, depresiasi rupiah merupakan berkah karena akan meraup rupiah lebih banyak, namun jika kita melihat pada neraca perdagangan yang mengalami defisit akan lebih banyak mengeluarkan rupiah untuk barang yang sama.  Seperti halnya para penguasaha ritel yang akan menaikkan harga jual, masyarakat akan merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mendapatkan barang kebutuhan yang sama seperti sebelumnya. Di sektor properti, mungkin menjadi berkah bagi asing, harga menjadi lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun