Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Tengah Polemik Politik, Rupiah Terpuruk Lagi

24 Juni 2018   16:30 Diperbarui: 24 Juni 2018   16:33 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perang opini melalui media, memuji dan mengkritik yang mengundang polemik menghiasi pemberitaan sehari hari makin marak. Ditengah perang opini tersebut, rupiah kembali terpuruk berada diatas level Rp 14.000 setelah menguat pada level Rp. 13.900 per dolar AS.

Hari ini, rupiah berada pada level Rp. 14.102 ditengah isu perang dagang antara AS dan China dan bayang bayang kenaikan suku bunga The Fed,  para investor lebih memilih investasi aman berupa mata uang dolar yang makin membuat mata uang ini makin menguat.

Selama libur panjang terjadi penguatan rupiah, hal ini dimungkinkan karena terjadi belanja besar2an dalam negeri dalam merayakan hari raya umat islam yang merupakan agama yang dianut hampir 85% penduduk Indonesia. Sebaliknya, libur tersebut menurunkan produktivitas, ketika produktivitas itu kembali normal, rupiah akan kembali tertekan oleh karena kebutuhan devisa mengingat masih ketergantungan pada konten import.

Tak pelak lagi, terpuruknya nilai rupiah ini menjadi komoditas politik, Jokowi dalam sebuah kesempatan menyatakan sesuai data yang diperolehnya tidak terjadi penurunan daya beli masyarakat yang langsung disanggah oleh lawan politiknya. Ditambah lagi isu mark up LRT yang juga menambah panjang polemik yang pada dasrnya mendorong instabilitas yang berimbas pada iklim investasi.

Namun, gejolak itu bukan hanya terjadi di Indonesia, kebetulan saat ini menjelang Pilpres, gejolak ekonomi ini menjadi mesiu dalam pengembangan opini publik. Publik yang resah, publik yang disesaki opini ketidak pastian mungkin saja akan beralih pilihan dalam menggunakan hak pilihnya.

Beberapa mata uang di kawasan lain memang juga mengalami pelemahan terhadap  mata uang dolar AS. Para investor akan lebih memilih untuk menempatkan  dananya di mata uang yang aman seperti dolar AS. Hal ini merupakan hukum ekonomi yang imbasnya akan mengurangi produktivitas dan pada giliranya akan menurunkan daya beli. 

Beberapa waktu silam terjadi krisis energi di Amerika Serikat karena melambungnya harga minyak dunia yang menyebabkan terpuruknya industri di negara ini yang pada giliranya terjadi penurunan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli ini memicu ambruknya lembaga pembiayaan properti terbesar Lehman Brothers yang mengacaukan perdagangan saham dunia. Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi ekonomi Indonesia sebagai alasan melakukan bailout Bank Century yang pada akhirnya menjadi peristiwa politik dan hukum yang masih menjadi polemik hingga saat ini.

Amerika Serikat memiliki keuatan uang dan persenjataan, sangat mungkin invasi militer ke Timur Tengah yang kaya ladang minyak dikarenakan melambungnya harga minyak dunia yang mempengaruhi ekonomi negara adidaya ini. Dan faktanya invasi tersebut diikuti oleh anjlognya harga  minyak dunia yang juga dinikmati Indonesia yang sudah keluar dari kelompok negara produsen OPEC. Namun invasi tersebut menimbulkan kekacauan yang tidak berhenti dan memicu perdagangan senjata besar2an. Kekacauan tersebut menular ke Indonesia oleh pengaruh kesamaan agama.

Indonesia sebagai negara berkembang, ekonomi negara ini masih dipengaruhi oleh negara2 kuat sebagai pelemparan mata daganganya. Negara negara maju ini mampu mendikte Indonesia melalui undang2 yang berlaku di negara itu. Perdagangan minyak sawit Indonesia sebagai produk unggulan terancam tidak diterima karena sistem tanam yang dinilai tidak mendukung kelestarian alam. Namun di Indonesia, undang2 masih sering menjadi polemik seperti  penunjukan Komjen Iriawan sebagai Plt Gubernur Jabar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun