Kalau saya membaca berita kronologi peristiwa kerusuhan dalam Rutan Mako Brimob dipicu oleh persoalan makanan, persoalan kebutuhan dasar semua mahluk hidup, tidak ada kaitannya dengan ideologi. Namun agaknya Buya Sjafii Maarif memiliki pandangan tersendiri terlepas dari kronologi yang diberitakan, cendekiawan muslim dan  mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyatakan, peristiwa  kerusahan tersebut  merupakan tindakan yang mengkhianati Islam.
Buya Syafii  mengungkapkan, tindakan pembunuhan atau kekerasan yang dilakukan atas  nama Tuhan dan agama merupakan tindakan yang biadab. Sebab, tidak ada  satu agamapun yang mengajarkan kekerasan. Pernyataan ini ada benarnya, setiap umat muslim diperintahkan untuk taat kepada perintah Allah yang menjadi pedoman setiap umat muslim.
Sementara itu, Wasekjen MUI juga menyampaikan pandangan tentang peristiwa Mako Brimob, prilaku orang2 yang melakukan  politisi agama untuk kepentingan pihak tertentu adalah haram. Selanjutnya dia mengatakan jika agama digunakan  sebagai alat untuk mempolitisasi kepentingan tertentu, hal tersebut adalah perbuatan sesat.
Didalam tahanan, siapapun dia, termasuk Ahok yang berada dalam Rutan Mako Brimob adalah warga binaan negara yang nantinya akan kembali ketengah masyarakat. Disinilah peran negara untuk membina mereka "meluruskan" ideologi yang tidak sejalan dengan Ideologi negara.Â
Tayangan televisi yang menggambarkan anggota kepolisian sedang menyuapi para tahanan itu seakan mengukuhkan bahwa mereka adalah manusia berbahaya yang mendapat stigma teroris sehingga harus dirantai. Bagi yang mengerti SOP pemindahan tahanan maka pemandangan tersebut sesuai prosedur pengamanan berlaku bagi seluruh tahanan, berlaku juga bagi Ahok.
Hingga saat ini kepolisian masih terus melakukan olah tempat kejadian perkara untuk pendalaman lebih lanjut atas peristiwa ini. Di sisi lain, juga belum memastikan kerusuhan tersebut merupakan aksi yang direncanakan atau spontanitas. Hal itu mengingat kepolisian masih melakukan pemeriksaan dan olah tempat kejadian perkara.
Sementara pihak kepolisian masih mendalami peristiwa tersebut, media dengan nara sumber tokoh agama mengesankan peristiwa di Mako Brimob menjadi sebuah peristiwa terkait dengan penganut ajaran Islam yang dinilai sesat berbeda dengan penjelasan pihak kepolisian yang bermula masalah sepele, masalah kiriman makanan keluarga tahanan yang tidak sampai.
Bangsa Indonesia mestinya sepakat menghindarkan kekerasan apapun latar belakangnya sebagai cita cita hidup berbangsa dan bernegara yang aman, makmur adil dan sentausa. Namun dalam tahun politik ini, banyak pihak berlaku pobhia terhadap ajaran Islam seperti halnya deklarasi anti politisasi mesjid.
Bisa jadi, sebagai pengaruh dari gerakan umat Islam dalam kasus penistaan agama  secara politik tidak menguntungkan partai tertentu sehingga peristiwa kerusuhan tersebut dikaitkan dengan Islam, dikaitkan dengan terorisme atau Islam garis keras. Agama dan politik tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Begitu juga adanya banyak aliran Islam dalam kehidupan sosial sering menimbulkan friksi namun pada dasarnya NKRI tetap kokoh karena bangsa ini sudah menerima Indonesia yang sekular.
Yang patut disayangkan, sementara keluarga yang ditinggalkan oleh mereka yang menjadi korban belum kering air matanya, peristiwa tersebut menjadi ajang adu opini sementara pihak kepolisian masih mendalami peristiwa tersebut. Sebuah peristiwa di tahun politik, beda kepentingan beda pandangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H