Namun bisa juga nilai tukar rupiah dipolitisasi dengan mengabaikan faktor2 diatas, seperti halnya yang dilansir Tempo.co pada tanggal 23/2/2014, Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan  bahwa, Joko Widodo bisa memenangi pemilu presiden  pada Juli mendatang, maka nilai tukar (kurs) rupiah akan menguat  signifikan.
Dia memperkirakan penguatan akan sangat tajam bahkan bisa  mencapai level Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, pada waktu itu rupiah berada di level Rp 11.792 per dolar AS, namun faktanya rupiah saat ini nyaris tembus pada level  Rp. 14.000 per USD.
Namun harus difahami, bahwa industri di Indonesia sebagian besar masih tergantung bahan baku dan barang semijadi import, depresiasi rupiah akan langsung menaikan cost produksi, tak pelak lagi akan terjadi kenaikan harga jual produk yang memperlemah daya saing. Imbasnya, seperti yang terjadi tahun 1998, ambruknya  ekonomi Indonesia berujung pada krisis politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H