Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlakuan terhadap SBY Karena Sikap Oposanya?

7 Februari 2017   08:09 Diperbarui: 7 Februari 2017   08:38 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aksi masa menggerudug rumah kediaman mantan presiden RI menjadi sebuah pertunjukan aksi demokrasi yang kebablasan yang jelas-jelas sebuah perbuatan pelanggaran hukum. Unjuk rasa tanpa pemberitahuan dan apalagi dilakukan di kediaman pribadi menjadi sebuah tindakan intimidasi bagi keselamatan mantan pemimpin negara yang keamananya diatur oleh undang-undang.

"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum dan keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan 'digrudug' ratusan orang. Mereka berteriak-teriak," kata SBY dalam cuitanya. Tulisan tersebut diakhiri tanda *SBY* yang berarti Presiden RI keenam itu sendiri yang menulisnya.

Parahnya lagi, ketika SBY mengeluhkan apa yang dialami dalam kapasitasnya sebagai mantan kepala negara, publik mengeluarkan cemoohan. Inilah kekonyolan dalam demokrasi yang disalah artikan bisa berbuat sesukanya.

Perbuatan melawan hukum tersebut dilakukan didepan aparat yang mestinya bertindak tegas berdasarkan undang-undang yang berlaku maka wajarlah SBY mrengeluhkan perlakuan terhadap pribadinya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah perlakuan tersebut karena sikap SBY dengan Partai Demokratnya tetap konsisten sebagai penyeimbang ?  Kalau dilihat dari perkembangan politik di Parlemen yang tadinya terjadi koalisi namun belakangan koalisi tersebut bubar dan beramai ramai berbalik mendukung Jokowi, kemungkinan tersebut dapat menjadi alasan.

Dalam perkembangan politik umumnya saat ini, pemerintah berupaya menghilangkan oposisi dan SBY yang konsisiten bersikap sebagai oposisi secara sistematis memang dirusak karakternya, disebut pengeluh, tak berbuat apa-apa selama sepuluh tahun pemerintahanya.

Kita lihat apa yang dialami Fahri Hamzah yang tetap bersikap kritis ini dipecat dari PKS yang sudah berbalik mendukung SBY juga menjadi bulan2an. Sebaliknya Setya Novanto yang berbalik mendudung Jokowi bisa menduduki lagi  jabatan ketua DPR walaupun sempat mundur oleh "skandal" sadapan pembicaran papa minta saham dan kini sebagai pendukung Ahok.

Adalah Habib Rizieq, pemimpin parlemen jalanan ini yang selama ini menentang Ahok yang dianggap "anak emas" Jokowi  berhasil menggerakkan massa Islam dengan slogan jangan memilih pemimpin kafir. Ahok pun terpancing yang akhirnya memunculkan gerakan masa Islam menuntut Ahok dipenjarakan.

Tentunya gerakan Rizieq sangat menguntungkan SBY yang mengorbitkan putranya bersaing dengan Ahok dalam pilkada DKI.  Rizieqpun menjadi target untuk dibungkam dengan berbagai laporan dan yang terlihat dicari-cari adalah menyangkut cepatnya chatingannya dengan Firza Hussein menjadi fokus penyelidikan.

Sebaliknya dugaan penyadapan telpon yang dialami SBY terlihat diabaikan bahkan justru  media sosial beramai-ramai membullynya. Apakah yang dialami oleh SBY oleh karena sikapnya yang beroposisi sebagaimana Habib Rizieq ?

SBY juga yang meminta agar Ahok diproses secara hukum, memang harus diakui SBY juga memnfaatkan gerakan Habib Rizieq untuk kepentingan politiknya sebagai pemimpin partai yang mengusung putranya besaing dengan Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun