Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rencana Aksi 112, Apa (Lagi) yang Dituntut?

6 Februari 2017   22:23 Diperbarui: 7 Februari 2017   00:18 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus diakui, SBY yang kini sebagai ketua Parta Demokrat, juga memanfaatkan kedudukannya sebagai mantan presiden pastinya menangguk keuntungan dari situasi tersebut yang mengusung putranya sendiri dalam kancah perebutan kekuasaan di DKI.

SBY pun diseret dalam konflik politik yang kian memanas, ketika kediamannya digerudug demonstran, cuitanya pun bernada sama ketika mengambil simpati dalam persaingan dengan Megawati pada pilpres 2004 sebagai orang yang didzolimi.

"Didzolimi" menjadi jualan politik yang ampuh dalam meraih simpati, begitu juga apa yang dipertontonkan oleh Ahok yang juga merasa didzolimi, merasa haknya sebagai warga negara Indonesia diamputasi karena dia non muslim.

Sebetulnya tidak ada yang jujur dalam politik karena tujuannya adalah tahta, tahta menguasai kue yang membuat mabuk siapa saja.  Contoh yang kecil saja, polisi menyita sebuah mobil yang berisi nasi bungkus dari massa yang menggerudug rumah kediaman SBY sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah aksi itu panggilan jiwa ? Sangat mungkin mereka adalah para penerima order demo yang marak menjadi lahan bisnis politik.

Tak pelak lagi, persaingan politik di DKI menguaras banyak energi dan adu kekuatan keuangan untuk menggerakkan massa yang menjadikan biaya politik sangat mahal dan dari mana mengembalikan modal kalau tidak dari rakyat juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun