Calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, sempat dibisiki oleh juru bicaranya, Rico Rustombi, sebelum menjawab pertanyaan dari para wartawan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (2/1/2017).
Lani, seorang warga RT 04/04, Jalan Tipar Timur, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, menangis ketika calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyambangi rumahnya, Senin (2/1/2017).
Dua alinea diatas adalah alinea pertama dari dua berita tentang  kampanye Pilkada DKI pada hari tanggal yang sama langsung bisa terlihat media tersebut adalah media partisan pendukung salah satu kontestan.
Media yang banyak digunakan untuk kepentingan politik semacam inilah sesungguhnya sumber dari pertengkaran di media sosial karena sesat pikir yang digiring oleh opini kepentingan politik yang didukungnya.
Pada berita yang pertama, pesan yang disampaikan melalui berita tersebut bahwa Ahok yang dicintai oleh rakyat bersaing dengan kontestan yang gagap keadaan sehingga harus dipandu. Berita-berita seperti ini sering di share ke media sosial dan sering berujung saling ejek dan saling hujat. Media menjadi pemancing dalam perdebatan media sosial yang pada kahirnya siapa lagi kalau bukan sang tokoh politik menjadi sasaran tembak.
Yang bersalah tetap saja rakyat, tak sedikit yang terkena pasal hukum UU ITE karena terpancing berita provokatif karenanya. Ketika muncul fenomena informasi hoax, lagi-lagi rakyat yang dituding dan akan ditindak tegas. Sebaliknya rakyat menuduh balik pemimpin yang tidak becus. Ibarat sebuah lingkaran setan, semua merasa benar sementara berita pesanan untuk kepentingan politik menghilangkan pemberitaan yang bersifat independen.
Memang tidak dapat dihindarkan keadaan yang berkembang seperti itu karena pada media penerangan sudah lazim digunakan sebagai alat propaganda politik terlebih dengan kemajuan tehnologi yang memudahkan setiap orang mendapat akses informasi. Namun, dalam situasi seperti ini tak bisa dipungkiri menimbulkan ekses pada kehidupan sosial kemasayarakatan.Â
Seperti yang dialamai oleh kru berita  Metro TV yang mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan oleh peserta aksi 212 yang lalu akibat pemberitaan yang dinilai tidak sesuai kenyataan. Ini hanyalah ekses dari apa yang disebut demokrasi dan kebebasan menyampaikan pendapat.
Berita hoax bukan saja melanda negara kita, Berita yang diduga hoax memicu ketegangan Pakistan dan Israel. Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif dalam akun Twitter-nya mengingatkan Israel jika Pakistan adalah negara nuklir. Pakstan bisa menyerang balik jika diserang. Hal itu disampaikan Asif menanggapi artikel dari sebuah situs yang terkenal menyajikan teori konspirasi,  AWD. Artikel dari AWD mengklaim bahwa mantan menteri pertahanan Israel, Moshe Ya'alon, mengancam akan menggunakan senjata nuklir di Pakistan jika Islamabad mengirim pasukan ke Suriah.
Fenomena hoax sudah marak ditemukan pra dan pascapilpres tahun 2014 lalu. Berita/postingan menjatuhkan dua pasang capres/cawapres dengan begitu mudah tersebar di dunia maya saat itu. Bahkan penyebar informasi semakin bertingkah dengan menyebar informai bernada fitnah. Efeknya, tidak hanya saat ini, image terhadap personil kandidat itu sampai saat ini masih melekat dan dianggap sebagai kebenaran.
Berita yang saya sebutkan diatas, satu sisi memuji dilain sisi seperti menjatuhkan bisa merupakan salah satu pemicu timbulnya berita hoax untuk mengcounter citra yang diakibatkan oleh berita bernada seperti itu. Â Tidak ada asap tidak ada api, sebuah pepatah lama yang sangat familiar ditelingan namun namun pepatah tetap pepatah, politik banyak kepentingannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H