Pertumbuhan ekonomi bukan hanya dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur, juga faktor perdagangan dunia. Biaya ekonomi yang tinggi karena tidak efisiennya pembangunan memiliki andil yang tidak kecil dalam penentuan  harga produk Indonesia dalam persaingan internasional.  Belum lagi adanya gejolak buruh yang dapat mempengaruhi efisiensi produksi yang pada gilirannya berpengaruh pada harga hasil produknya.
China memberi peluang pinjaman2 seperti diatas tentunya karena adanya garansi dari pemerintah, inilah yang mungkin saat ini Indonesia cenderung berkliblat ke Negeri komunis ini.  Masa Orde Baru, hubungan diplomatik Indonesia  dan China sempat dibekukan dan baru dibuka pada era Presiden Abdurrahman Wahid.  Trauma politik masa lalu masih begitu melekat padahal era perang dingin sudah berlalu dimana pada masa orde baru, Indonesia digunakan sebagai garda depan membendung ideologi komunisme.
Indonesia mulai ditinggalkan oleh negara-negara barat usai perang dingin disusul oleh tumbangnya perekonomian Indonesia disamping itu, embargo suku cadang peralatan militer membuat Indonesia berpaling ke Russia dan negara-negara sosialis termasuk China. Pinjam meminjam ataupun perdagangan tidak mengenal ideologi namun bisa jadi dari pandangan sosial kemasyarakatan berkata sebaliknya, boikot produk China, boikot produk Yahudi adalah hal yang biasa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H