Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Apa di Balik Kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi?

4 Oktober 2016   01:55 Diperbarui: 4 Oktober 2016   03:17 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin, pengaruh dari pemikiran kapitalis membuat banyak orang yang berpikir instan, bagaimana cara mendatangkan keuntungan secara cepat, bukan saja menempuh hal-hal yang diluar akal sehat, namun juga bisa tergiur oleh penawaran investasi melalui media internet yang tidak jelas keamananya. 

Ditengah kemajuan tehnologi tersebut, yang cukup mengundang pertanyaan,  masih banyak yang percaya  begitu saja akan kesaktian seseorang yang mampu mengadakan uang seperti yang dipercaya oleh Marwah Daud Ibrahim. Terlebih Mrawah yang dikenal sebagai politisi begitu gigihnya membela Taat Pribadi mengenai kemampuannya mengadakan uang berpeti peti padahal pemerintah mengadakan uang harus mengikuti undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Taat Pribadi punya ribuan pengikut yang tersebar mulai dari Aceh sampai Papua bukan saja dari kaum muslim berbagai latar belakang, mulai dari rakyat biasa, anggota TNI/Polri, sampai akademisi. Para pengikutnya itu mempercayai Taat Pribadi memiliki kemampuan supranatural, salah satunya bisa menggandakan uang. Sebagian  dari pengikutnya bahkan menyebutnya Taat punya karomah, keistimewaan di bawah nabi. Adanya akademisi atau kaum intelektual serta pejabat negara yang percaya dengan kemampuan Taat Pribadi, bisa jadi praktik yang dilakukan olehnya terjadi pembiaran hingga ada pihak yang menyerahkan jumlah uang mencapai 200 milyar rupiah.

Melihat banyaknya pengikut Taat Pribadi bukan tidak mungkin oleh karena pembiaran semata, bahkan adanya hubungan dengan para petinggi negara seperti foto-foto bersama pejabat negara yang beredar melegimitasi praktik yang dilakukan oleh Taat Pribadi adalah legal dan menambah kepercayaan terhadap kesaktiannya. Tidak bertindaknya aparatur hukum sehingga Taat Pribadi mampu meraup dana dalam jumlah fantastis bisa saja karena tidak ada laporan. Diduga, sebagai otak pembunuhan yang disangkakan kepadanya karena korban ingin membuat laporan sehingga kepolisian memiliki dasar bertindak.

Ditengah ramainya pemberitaan yang lebih cenderung mengulas kesaktian Taat Pribadi, berkunjungnya Komisi III DPR RI yang juga menyasar proses penyelidikan, walaupun pihak kepolisian menyatakan proses penyelidikan disebut clear, bisa saja mentersangkakan  sebagai otak pembunuhan targetnya  atau sebagai pintu gerbang mengusut praktik penggandaan uang itu.

Menyitir penjelasan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur , Taat Pribadi merupakan penipu yang menggunakan agama untuk meraih kepercayaan masyarakat. Aksi penggandaan uang yang digembar-gemborkan selama ini juga hanya trik penipuan saja.Dalam praktiknya,  Taat Pribadi menggunakan air yang membuat orang menjadi tidak sadar dan bisa diperintah melakukan apa saja, termasuk menyetor uang dalam jumlah tertentu untuk digandakan, padahal dia tidak bisa menggandakan uang.

Namun jika menyimak penjelasan anggota Komisi III Faisal Akbar atau Benny K Harman, jawaban "nyleneh" Taat Pribadi, uang palsu yang ditunjukkan oleh Faisal Akbar akan berubah asli kalau disentuh oleh Taat Pribadi atau tidak bisa mengubahnya menjadi uang asli karena keburu ditangkap Polisi dan Jinya takut. Ini bisa menjadi indikasi pemilik uang yang mempercayai kesaktian Taat Pribadi tak menghendaki Abudul Gani dan Ismail melapor polisi karena khawatir kehilangan uangnya.

Seperti halnya dalam peristiwa pembunuhan Jessica, baik ayah Mirna maupun publik yang dipengaruhi oleh pemberitaan semula begitu yakin tewasnya Mirna akibat Cyanida namun dipersidangan ahli yang dihadirkan pihak pengacara Jessica berpendapat bukan akibat Cyanida. Publikpun yang mengikuti jalannya persidangan secara langsung atau pendapat2 praktisi hukum akhirnya menyangsikan tewasnya Mirna akibat diracun oleh Jessica.

Bisa ada kemungkinan Taat Pribadi tidak melakukan seperti yang disangkakan seperti yang disampaikan oleh Marwah Daud Ibraham, mungkin saja pihak yang menyetor uang dalam jumlah besar tak menginginkan berurusan dengan kepolisian yang artinya kehilangan uang karena mempercayai kesaktian Taat Pribadi yang mampu menggandakan uangnya. Seperti yang disampaikan oleh Tokoh NU diatas, para korban tersebut berada dibawah alam sadar karena pengaruh air yang bisa saja mengandung mantra sehingga kepolisian memerlukan pembangunan opini publik dengan sangkaan pembunuhan berencana seperti yang didakwakan kepada Jessica yang targetnya praktik penggandaan uang karena tidak ada pelapor.  Mudah-mudah an tidak demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun