Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Media Diakali Politikus?

7 Juni 2011   20:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115031" align="aligncenter" width="640" caption="Admin/ Shutterstock"][/caption] Media memang sebuah sarana yang paling ampuh untuk membangun opini massa terutama untuk keperluan dunia politik. Seperti halnya dengan Tommy Suharto yang baru saja terjun dalam bisnis media massa yang langsung dikaitkan dengan kiprah politiknya kedepan setelah gagal dalam perebutan kursi ketua Golkar beberapa lama berselang.  Begitu juga dalam beberapa pekan berselang, media seperti dikuasai oleh konflik partai demokrat yang berawal dari tergesernya Nazaruddin yang konon kini masih berada di Singapura menunggu jemputan. Bak gayung bersambut, sms fitnahpun menjadi topik utama dalam pemberitaan bahkan Marzuki Ali diberitakan memberi tenggat waktu seminggu kepada Polri untuk menangkap penyebar SMS fitnah yang membuat gusat SBY. Ramai2 langsung pemberitaan dibanjiri berita sms fitnah itu.  Bersamaan dengan maraknya berita2 tadi, polemik seputar Mr A pun berkembang dan semua menjadi tidak jelas juntrungannya sementara konflik partai Demokrat mulai meredup dari polemik. Lucunya lagi, kini muncul pemberitaan yang kabarnya soal SMS fitnah itu sudah terendus oleh kelompok Hacker yang katanya pengirim SMS itu terdaftar atas nama milik warga negara antah baranatah. Begitu juga dengan Mr A yang kabarnya menghilangkan jejak. Pernah saya menulis artikel tentang kebosanan membaca berita politik belakangan ini sebab yang terbayang dibenak saya bahwa politik dinegeri ini dibangun dengan landasan management konflik baik untuk meraih simpati masyarakat maupun menjatuhkan siapapun yang tidak disukai. Namun jika kita melihat budaya yang berkembang dalam  masyarakat, konflik merupakan hal yang paling menarik.  Kita lihat saja di Kompasiana, berita konflik partai demokrat menjadi bahasan yang menarik begitu juga dalam pemberitaan umumnya, beberbagai narasumber terus dicari untuk mengisi berita konflik. Disini kita dapat melihat, berita konflik memang laku dijual dalam masyarakat pembaca. Akan menjadi lebih terlihat lagi bahwa masyarakat kita memang sudah akrab dengan budaya konflik sperti halnya terlihat di jalan raya. Serempetan kendaraan akan menjadi bahan pertengkaran, saling menyalahkan dan lucunya hal seperti itu menarik perhatian bahkan menjadi tontonan, umumnya semua memperlambat laju kendaraan ingin tahu apa yang terjadi. Akhirya semua sengsara karena lalulintas menjadi macet. Terlebih pemberitaan Televisi, seperti tak habis2nya mencari bahan pemberitaan yang berbau konflik, apalagi kalau dimuati kepentingan politik, demo yang dilakukan beberapa orang saja sering kita saksikan menjadi bahan pemberitaan.  Fenomena konflik ini makin berkembang seiring dengan zaman yang katanya zaman reformasi demokrasi. Yang makin membingungkan adalah konflik antar pendukung pihak yang mencalonkan diri menjadi penguasa padahal setelah bertengger tak ada yang didapat dan nantinya muncul lagi demo2 yang menjadi bahan pemberitaan. Namun ketika yang tidak menyukai konflik  ternyata bisa hidup mapan, ada yang ribut lagi dengan alasan banyak yang miskin.Sasaran kembali pada pimpinan nasional, Partai Demokratpun membela dan berkilah yang tak bersolusi bagi bangsa. Ketika isu berkembang, isu lainpun bermunculan untuk menghilangkan isu lama dan begitu seterusnya. Yang menjadi pertanyaan kita, apakah media diakali  oleh politikus ?.  Namun jika melihat ilmu dagang, memang berita konflik lebih laku dijual dan kita sebagai pembaca mestinya harus juga memahami sehingga dapat memilah. Tidak mampu memilah maka kita akan termakan janji2 kampanye bohong, janji muluk sewaktu kampanya tetapi setelah berkuasa banyak yang tersandung masalah hukum karena penyalah gunaan jabatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun