Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Susah Cari Judulnya

19 Desember 2010   18:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejenak kita dapat melupakan pertentangan politik, bangsa ini menjadi bangsa yang bersatu oleh kemenangan Timnas sepakbola kita berhadapan dengan Tim Sepakbola Filipina. Namun sayangnya, dalam kegembiraan tersebut masih ada yang mempolitisir keadaan dengan mempersoalkan SBY yang juga ikut menyaksikan pertandingan tersebut. Demikian juga dengan media kita yang mempersoalkan naturalisasi. Gonzales, apa yang dilakukannya jelas mengangkat kebanggaan persepakbolaan kita terlepas dari mana asal usulnya, apa yang dilakukannya adalah sebuah tindakan nyata, tak bersuara tetapi menciptakan kebanggaan bangsa Indonesia.  Berbeda dengan politisi kita, bersuara justru bikin kisruh didalam masyarakat, kehidupan rakyat makin terpuruk sementara para penguasa hidup nyaman dengan segala fasilitas yang didapatkannya.  Abdi negara, itulah motonya, mengabdi jika dapat imbalan dan kesempatan mendapatkan mobil mewah. Tak heran, mobil keluaran anyar yang berharga diatas Rp. 400 juta sudah banyak dijumpai dijalanan dengan pelat nomor berwarna merah.

Gaya hidup para pejabat negara  seperti tadi  sesungguhnya merupakan hal yang lumrah jika negara ini mengalami kemajuan dan telah membawa rakyat pada taraf kehidupan yang layak.  Untuk memenuhi gaya hidup seperti itu, siasat pun dilakukan dengan mengeluarkan pungutan macam2 serta pembabatan hak rakyat seperti hak menikmati kekayaan alam.  Pemerintah berdalih BBM bersubidy,  padahal pemerintah telah melakukan pembohongan kepada rakyatnya, subsidy sesungguhnya merupakan  selisih harga BBM yang berlaku internasional dengan dalam negeri. Jika subsidy dihapuskan, undang2 dasar yang menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam dikuasai negara untuk dimanfaatkan kepentingan rakyat cuma tertulis saja, faktanya untuk kepentingan para pengatur negara ini.  Sementara rakyat terus dibebani berbagai pungutan dan diusir untuk kepentingan pemodal kuat, cita2 kemerdekaan bangsa ini menjadi mebingungkan.

Melihat situasi negeri seperti ini, sulit mengharapkan uluran tangan pemerintah, berpikir demikian akan mendorong rakyat untuk survive dengan kemampuan yang dimiliki diri sendiri.  Pasrah dengan kehidupan akan membuat diri kita menjadi pengeluh dan saling menyalahkan. Salah menyalahkan jika kita sesungguhnya menghadapi masalah, seperti itulah yang terjadi dalam masyarakat kita. Tak mengherankan jika SBY lah yang paling disalahkan karena membawa negeri dalam masalah yang berat bagi rakyatnya. Bersiap menghadapi tahun berikut, keadaan diperkirakan akan semakin berat sebab, pengaruh dari kenaikan harga BBM secara langsung akan mempengaruhi harga kebutuhan pokok masyarakat serta kebutuhan primair lainnya.  Menurunnya daya beli masyarakat tersebut, langsung atau tidak akan menimbulkan tuntutan baru para pengurus parpol untuk dapat menggunakan dana negara karena diperkirakan banyak kadernya ikut mengalami kesusahan. Maka, wacanapun sudah berkembang jauh hari sebelum pemilu, sumbangan untuk parpol dari perusahaan dinaikkan, Rp 500 juta dibolehkan.  Perusahaan apa yang bersedia menyumbang parpol  ?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun