Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obama dan Pancasila

10 November 2010   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun para ulama yang tergabung dalam Hizbul Thahrir Indonesia ( HTI) menolak kunjungan Barrack Obama, sebaliknya dalam pidatonya di Universitas Indonesia ( UI ) mendapat sambutan yang sangat antusias dari para hadirin.  Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam pidatonya di Universitas Indonesia itu , menyampaikan tiga fokus yang dia sebut berkaitan erat dan mendasar bagi kemajuan manusia; pembangunan, demokrasi, dan iman keagamaan. Pembangunan, bukan hanya tentang  laju pertumbuhan dan angka-angka di neraca. Pembangunan adalah tentang bisa-tidaknya ide yang bagus tumbuh menjadi bisnis dan tak tercekik korupsi. Dia  selanjutnya mengemukakan, pembangunan adalah tentang bisa-tidaknya daya-daya, yang telah mengubah Jakarta menjadi maju, menjadi arti tentang datangnya  kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia,  dengan keluhuran dan peluang sebagai tandanya.  Pembangunan seperti ini tak bisa dipisahkan dari peran demokrasi.  Saat ini, kita kadang dengar bahwa demokrasi menghalangi kemajuan ekonomi. Ini bukan argumen baru. Terlebih saat situasi dan ekonomi dalam ketidakpastian, akan ada yang mengatakan bahwa lebih mudah mengambil jalan pintas demi pembangunan yaitu menukar HAM dengan kekuasaan negara. Ini bukan yang terjadi di India dan Indonesia. Hal-hal yang telah anda capai menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan memperkuat satu sama lain. Diberbagai tempat termasuk AS,  pernah mengalami kemunduran.  Demokrasi kadang juga tak mulus, tidak semua hasil Pemilu menyenangkan semua pihak, jalan yang dilewati tak selalu datar tapi pada akhirnya akan mendatangkan manfaat.

"Harus ada lembaga yang kuat untuk bisa mengontrol pemusatan kekuasaan. Harus ada pasar terbuka yang memungkinkan setiap individu tumbuh. Harus ada pers yang bebas dan sistem hukum yang independen untuk menghapus kesewenang-wenangan dan teguh dengan akuntabilitas. Harus ada open society dan warga yang aktif menolak ketimpangan dan ketidakadilan. Inilah kekuatan yang akan mendorong  maju Indonesia.  Penolakan untuk mentolerir korupsi  merupakan suatu keharusan. Dia juga mengatakan perlunya komitmen terhadap transparansi yang membuat semua masyarakat percaya kepada pemerintah, dan keyakinan bahwa kebebasan yang telah diperjuangkan adalah sesuatu yang menyatukan  bangsa Indonesia, kemakmuran tanpa kebebasan adalah bentuk lain dari kemiskinan.

Topik terakhir Obama adalah agama,  yang menurut dia "seperti juga demokrasi dan pembangunan - adalah hal mendasar bagi perjalanan bangsa Indonesia. Lebih lanjut dia mengatakan , saya yakin bahwa kita bisa berharap dari sejarah, baik Amerika maupun Indonesia," katanya lalu mengucapkan semboyan bangsa Amerika Serikat,  E pluribus unum dan semboyan Indonesia,  Bhineka Tunggal Ika. Obama menyebutkan tentang kunjungannya ke masjid Istiqlal. " Nama dan sejarahnya menyatakan tentang hal yang menjadikan Indonesia bangsa besar. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya dibuat untuk menyatakan Indonesia memperjuangkan kebebasan. Terlebih lagi, tempat ibadah bagi ribuan muslim tersebut dirancang oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Inilah jiwa Indonesia,  inilah pesan dari Falsafah Indonesia, Pancasila," katanya lalu mengatakan di negeri ini orang bebas untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing.

Pidato Obama tersebut memang tepat sebagai mata kuliah untuk bangsa ini, faktanya memang falsafah Pancasila itu banyak dilupakan sehingga banyak yang tidak  dapat lagi menyebutkan butir2 pancasila secara benar. Setelah lebih dari 65 tahun usia panacasila yang ditelurkan oleh para perancang kemerdekaan bangsa ini, kini pancasila justru diingatkan oleh Barrack Obama, presiden Amerika Serikat yang berayah tiri bangsa Indonesia. Sementara para "ulama" kita harus mencari dalil pembenaran untuk membenci bangsa Amerika Serikat, faktanya juga bangsa Indonesia jauh tertinggal dari bangsa itu.  Kecemburuan sosialpun terlihat, tak hendak negeri ini digenggaman hegemoni ekonomi negeri Obama. Menengok diri sendiri, bahwa bangsa ini masih penuh dengan para koruptor sang penghambat ekonomi. Mestinya kita harus belajar dari kenyataan, karakter dan mental bangsa merupakan dasar dari pembangunan ekonomi. Tanpa mental yang baik saat ini masih menjadi hal yang aneh, pak polisi tidak mau terima suap menjadi polisi yang miskin, pejabat yang baik menjadi pejabat yang tidak berguna sehingga harus tersingkir oleh kepentingan lainnya.

Pers bebas sebagai alat kontrol agar tidak terjadi kesewenang2an merupakan salah satu syarat tumbuhnya sebuah demokrasi. Namun demokrasi itu menjadi suasana intrik politik yang berkepanjangan yang pada akhirrnya seperti melupkan nilai yang terkandung dalam Pancasila atau Bhineka Tunggal Ika. Benturan horizontal sudah banyak membawa korban demikian juga benturan vertikal karena keadilan yang diharapkan tidak kunjung terjadi.  Falsafah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang biasa menghiasi  diding setiap sekolah dasar itu rupanya tetap tertanam dalam benak Obama  walaupun kini di menajdi Presiden negara adidaya, berbeda dengan bangsa ini, banyak calon penguasa  negeri ini justru tidak hapal butir Pancasila. Kuliah Obama itu  seperti mengingatkan bangsa ini yang telah melupakan jati diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun