Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menteri Kurang Kerjaan

12 Oktober 2010   22:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agaknya para ulama Indonesia harus lebih pandai untuk menanamkan norma agama, pasalnya selain jemaah haji Indonesia tercatat sebagai negara yang terbanyak mengirim jemaah hajinya sehingga harus menerapkan system inden, Indonesia rupanya dikenal sebagai pengakses situs pornografi terbesar kedua di dunia yang ternyata telah mengungguli  China dan terbesar setelah Swedia. Makin sering para ulama memberikan kotbahnya, makin sering juga masyarakat mengakses situs porno.  Mungkin banyaknya pengakses situs porno itu disebabkan faktor ekonomi juga, kalau melihat2 yang porno2 saja itu bisa jadi untuk efisiensi semata2, mencari pandangan lain dari yang biasanya dilihat sehari2.  Menurut ketua badan pelaksana Komite Indonesia untuk pemberantasan pornografi dan pornoaksi (KIP3) Juniwati T Masjhun Sofwan saat bertemu dengan Menkominfo Tifatul Sembiring di Gedung Kemkominfo bahwa pornografi sudah sangat memprihatikan bahkan sampai kepelosok2 daerah. Untuk generasi muda, mungkin Indonesia menjadi nomor wahid pengakses situs porno.

Selanjutnya, Juniwati mengatakan bahwa akibat dari pengaruh narkoba hanya akan merusak tiga bagian otak sedangkan pengaruh dari pornografi merusak keseluruhan bagian otak. Begitu parahkah pengaruh situs porno tersebut ?.  Jika hanya melihat situs porno saja sudah merusak otak, bagaimana dengan para peselingkuh, mungkin karena  banyak yang sudah tidak punya otak menyebabkan maraknya prostitusi dinegeri ini. Artinya perhatian pemerintah dan kalangan agama masih tertuju pada kemungkinan yang akan terjadi nantinya didalam masyarakat karena pengaruh situs porno. Terlalu mendramatisir keadaan agar terlihat perhatian kepada rakyat, sedangkan kondisi yang sebenarnya tidak pernah menjadi perhatian.

Mestinya jangan menyalahkan tehnologi, tambah pekerjaan saja melakukan pemblokiran situs porno yang paling tepat adalah meninjau pendidikan kita mengapa bangsa kita menjadi pengakses situs porno papan atas.  Guru agama tak luput dari tindakan pelecehan seksual, pak Kyai berpoligami karena diperbolehkan menurut agama. Padahal menurut ajaran agama itu jika dalam keadaan perang dimana janda dan anaknya yang ditinggalkan oleh pasukan korban perang harus ada yang menyantuni. Zaman sekarang soal santunan itu menjadi urusan negara, mungkin lantaran sudah ada yang menyantuni itu maka pilihan ditujukan kepada yang berstatus gadis atau bahkan boleh juga yang masih dibawah umur. Pembenaran dengan bertameng agama, fatwa2 haram yang kontroversil seperti haram rokok atau tembakau yang tidak dipatuhi dan banyaknya tokoh agama yang berpoligami pada akhirnya membuat ucapan ulama tidak digubris. Terlebih adanya perbedaan pandang dalam agama seperti ditunjukkan adanya perdebatan yang menunjukkan bahwa kebenaran yang dianut adalah kebenaran menurut versinya sehingga membuat masyarakat tidak terbiasa mendapat nasehat.

Membatasi tehnologi menjadi pekerjaan yang sia2 jika tidak dibarengi dengan pendidikan, pendidikan sex ditabukan, belajar mandiri lewat internet dituding merusak otak. Agaknya sikap mendramatisir seperti itu justru makin membuat pornografi makin marak, tidak lewat internet, keluar uang lebih dapat menonton live show atau semacamnya karena disediakan tempatnya. Katakanlah situs porno berhasil diblokir semua, apakah hasilnya akan menjamin tidak terjadi sex bebas dikalangan pelajar ?. Jangan2 justru sex bebas makin meningkat, tidak boleh melihat gambar maka pelajar melakukan praktikum ngeseks, justru akan lebih parah lagi.

Zaman modern tetapi pemikiran masih konservative, mestinya ada koordinasi kerja secara integrated, kalau sosialisasi penggunaan kondom untuk pencegahan HIV/AIDS saja masih ditabukan, wajarlah penyakit HIV/AIDS terus meningkat selain pembuangan bayi hasil hubungan gelap. Pemblokiran situs porno bukan akan menurunkan ranking indonesia sebagai top rank pengakses stus porno sebab pemblokiran itu justru akan memperbanyak record pengakses karena namanya pornografi adalah naluri, dia akan mencari terus.  Jika para Da`i dan ulama dapat memberi contoh, dept Agama bebas korupsi, pejabat tidak ada yang selingkuh, bebas koruptor dipastikan Indonesia akan terhapus dari daftar top rank pengakses situs porno karena negara ini sudah makmur, masing2 sibuk dengan kegiatannya. Saat ini, karena banyaknya waktu luang, banyak yang iseng mengakses situs porno. Yang seperti itu mestinya tidak perlu didramatisir akan merusak otak, yang merusak otak itu sesungguhnya prilaku pejabat yang suka korup, mondar mandir dengan mobil mewah yang membuat rakyat mendongkol. Karena situs porno langsung menunjuk batang hidung rakyat akan rusak, mestinya para pejabat mampu memberi contoh, jangan bersikap munafik, rakyat selalu dijadikan alasan  agar kelihatan sibuk tapi nyatanya tidak ada hasil, ekonomi negeri ini masih saja terpuruk, korupsi merajalela. Mestinya, menkoinfo melihat koleganya secara fair, anggota dewan dapat menunjukkan sebagai panutan, para menteri harus mampu menciptakan kedaan lebih baik, presidennya mampu membawa negeri ini lebih makmur, jika hal itu sudah terjadi maka masyarakatpun akan tidak tertarik dengan situs porno lagi. Maraknya korupsi akan sejalan dengan pornografi sebab umumnya para koruptor yang doyan duit pastinya doyan perempuan juga, duit setan, otakpun otak setan, semua diakali termasuk mengakali Tuhan untuk berpoligami. Biasanya kalau sudah loyo katanya tobat. Beginilah cara kerja menteri yang kurang kerjaan, ingin menciptakan rakyat yang bermoral, tehnologi jadi sasaran kesalahan, kapan negara ini akan maju kalau pemikiran masih konservative.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun