Kalau tidak salah hitung, administrator telah melakukan 3 Akun Kompasianer yaitu Cerita Furi, FTR dan terakhir Faisal Asegaf dengan alasan yang berbeda satu sama lain. Cerita Furi terkait dengan sosok fiktif yang mengundang simpati, FTR mungkin dinilai menyebarkan faham sparatisme dan Faisal Assegaf, jika saya baca artikel2nya karena sikap oposisinya terhadap SBY dan sering menjadikan kompasiana sebagai arena silang pendapat.
Pembekuan akun oleh administrator, sesungguhnya hanya merupakan formalitas atau sebagai symbol tindakan sebab secara tehnis cara login di Kompasiana sangat mudah, setiap akun bisa login dengan mengikuti petunjuknya. Artinya satu orang bisa saja mempunyai lebih dari satu akun yang berarti juga bisa mempunyai lebih dari satu username. Seharusnya yang diperhatikan adalah materi artikel dan pertanggungan jawabnya, akun faisal assegaf dibekukan, besok dia bisa login lagi dengan nama lain. Penghapusan akun tidak secara otomatis dapat mencegah seseorang untuk kembali login, mungkin yang terbaik adalah kontrol tersebut diberikan kepada kompasianer. Sebab, kompasianer adalah dunia virtual, setiap kompasianer dapat berperan sebagai apa saja dan tujuannya satu sama lain saling berbeda. Namun, dalam hubungan social pada dasarnya kompasianer mempunyai satu tujuan, yaitu mencari tempat yang menyenangkan.
Dalam menyikapi artikel yang konfrontative dan propokative biasanya saya membuat artikel tandingan yang bertolak belakang dengan artikel yang saya nilai konfrontative tersebut. Cara ini mungkin lebih elegan ketimbang harus berdebat yang kadang menjurus kasar. Bukan hanya artikel yang provokative, juga cara admin mengambil sikap juga menjadi sasaran kritik saya. Seperti dalam hal memberikan teguran, hendaknya teguran itu disertai alasan yang jelas dan tepat, jangan bersifat debateble. Dapat saya sampaikan disini tetang postingan gambar yang harus menyebutkan sumbernya. mempublikasikan gambar milik orang lain sepanjang tidak merugikan pemiliknya serta tidak untuk mencari keuntungan bukanlah pelanggaran hukum. Dalam jejaring ini, kita bisa mendapatkan jutaan gambar dan gambar itu telah diposting oleh berbagai web maupun blog2 pribadi yang intinya kita tidak tahu lagi siapa pemiliknya. Jika kita tidak tahu siapa pemiliknya, dan kita sendiri tidak mengakui bahwa gambar tersebut milik kita, menyebutkan sumber dari mana kita mendapatakan gambar tersebut adalah sudah sesuai dengan ketentuan undang2.
Berbeda dengan admin sebagai pengelola kompasiana yang terikat dengan aturan sebagai commercial blog, mengambil gambar milik orang lain tanpa seizin pemiliknya adalah sebuah pelanggaran hukum karena kegiatan admin sebagai pengelola merupakan bagian dari kompasiana sebagai commercial blog terlihat dari adanya iklan yang tentunya mendatangkan penghasilan. Kita juga memaklumi bahwa kompasiana menjadi kommercial blog karena memerlukan pembiayaan yang tidak kecil dan blog ini juga sudah mempunyai nilai ekonomis jika dijual. Ini bukan masalah perasaan kompasianer, ini menyangkut kedudukan masing2 pihak dimata hukum.
Masing2 pihak, baik kompasianer maupun Admin seyogyanya dapat memberikan masukan, hindari sikap seperti majikan dan buruh. Harus sama2 dimaklumi, setiap orang tidak ada yang sempurna, disinilah perlunya saling mengisi. Secara jujur, saya tidak mau menjadi penulis profesional ataupun wartawan, saya lebih memilih dunia yang saya geluti sekarang karena sudah memberikan kesejahteraan yang berlimpah, itu adalah pilihan. Mungkin juga dengan kompasianer yang lain berpandangan sama dengtan saya. Namun jika kita melihat alasan bergabung dengan kompasiana mungkin alasannya berbeda2, buat saya adalah melihat positivenya saja, login di Kompasiana membuat saya tidak kluyuran malam2 lagi. Tujuan agar tidak kluyuran malam2 itu saya tidak mementingkan nama, profil berganti2, nama berganti2. Apa yang ada dalam pikiran saya, saya tulis saja, yang penting tidak mencari musuh atau mendatangkan kesulitan buat saya maupun orang lain.
Banyak tulisan saya yang masuk HL dengan nama yang berbeda2, bahkan dengan dua nama masuk HL bersamaan,  ada seorang kompasianer yang kebetulan mengenal gaya saya bertanya, apakah tidak sayang ?. Wajar saja dia bertanya seperti itu karena profesinya memang dalam dunia Jurnalistik, nama itu akan mencerminkan nilai jual. Sesungguhnya apa yang lakukan hanya karena keiingin tahuan saja, apakah HL berpedoman pada nama penulis atau bobot artikelnya. Dengan cara itu saya dapat menilai bahwa adanya penulis tamu,pada awalnya penulis tetap atau blog jurnalis adalah sebagai basis kompasiana untuk menjaga kekosongan artikel. Membanjirnya artikel dari kompasianer amatir membuat para penulis penjaga gawang tersebut menjadi lebih santai karena artikel telah terisi dari sumbangan. Artinya, pengelompokan penulis itu bukanlah kasta sebagaimana pernah dipertanyakan oleh kompasianer.
Saling memahami adalah modal utama untuk menjaga harmonisasi, postingan Pepih Nugraha atau Nurul, perlu kita apresiasi sebagai sikap keinginan saling mengisi dari admin kompasiana. Cara ini tentu akan lebih tepat dibandingkan dengtan pembekuan akun yang lebih bersifat formalitas. Saling mengisi tersebut tentunya akan menimbulkan rasa saling memiliki dan akan tumbuh kontrol dengan sendirinya serta tidak perlu terjadi lagi pembekuan akun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H