Secara bisnis, jaminan mengikat memang diperlukan untuk tertibnya pembayaran kewajiban, tetapi dengan kondisi sekarang untuk terjun dalam usaha perikanan harus berhasil dulu dalam usaha yang lain untuk penyediaan modalnya. Sedangkan secara psikologis, orang yang berhasil dalam satu bidang tentu akan berkonsentrasi pada bidang yang dikuasainya dan yang menghasilkan keuntungan. Pemerintah memang telah menyediakan modal bergulir, namun hal itu hanya bersifat program sisipan, bukan main program jangka panjang. Membangun kekuatan untuk exploitasi kekayaan laut memang membutuhkan biaya dan perhatian secara sungguh2. Sebab, modernisasi usaha kelautan tanpa diimbangi oleh SDM yang memadai hanya akan menimbulkan masalah pada pengoperasiannya. Bantuan kapal ikan pemrintah umumnya hanya berupa kapal dan perlengkapannya tidak disertai dengan bantuan peningkatan SDMnya khususnya untuk tehnis pengopersian kapal dan tehnis pemeliharaannya. Banyak kapal yang berasal dari proyek pemerintah tidak dapat dimanfaatkan secara optimum karena masalah SDMnya.
Bangsa kita adalah bangsa bahari, sejak sebelum zaman majapahit bangsa kita sudah mampu berlayar keujung dunia. Malagasi atau madagaskar misalnya, adalah bukti sejarah yang tidak terbantahkan bahwa bangsa itu adalah keturunan bangsa Indonesia yang sampai kewilayah itu pada awal abad masehi, demikian juga di Afrika Selatan. Mengok sejarah perjalanan bangsa, barangkali mengingat kita, mengapa harus diabaikan kemurahan yang disediakan oleh Tuhan dilaut sekeliling kita tidak perlu harus seperti nenek moyang kita yang sampai di Madagaskar.
Catatan : Ilustrasi gambar diunduh dari Google.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI