[caption id="attachment_78386" align="alignleft" width="300" caption="Foto 1"][/caption]
Melihat pemandangan kota jakarta dari udara, yang telihat dari ketinggian pesawat adalah pencemaran air. Warna biru laut tercampur lumpur menjelang daratan pulau jawa itu. Tak tampak warna pasir putih sepanjang pantai kecuali warna coklat. Dari ketinggian gedung, terutama pada pagi hari, warna kabut, kabut polusi yang bercampur embun pagi. Sebaliknya, pada malam hari, warna warni gemerlap kota metropolitan merubah wajah cantik kota Jakarta.
Sepanjang rel, warung tenda remang2 menggeliat oleh wajah2 wanita cantik malam hari, pagi hari berubah menjadi wanita yang memanfaatkan sungai ciliwung sebagai MCK. Disepanjang jalan, kerumunan manusia dengan segala tujuan tumpah ruang mengimbangi kemacetan yang makin menyesakkan. Acungan jari, acungan jempol anak2 kecil bersama ibunya menawarkan jasa joki three in one, sebuah usaha jasa yang tumbuh seiring pemberlakuan pembatasan kendaraan jalan protokol.
[caption id="attachment_78389" align="alignright" width="300" caption="Foto 2"]
Dibalik gedung2 pencakar langit segitiga emas Jakarta, pemandangan kumuh masyarakat ibukota negara tercinta ini seolah tak peduli dengan kontrasnya kehidupan ibukota. Hanya dibatasi sungai ciliwung, kawasan elit kota Jakarta yang masih sangat diingat oleh Presiden Obama tak mengangkat kawasan seberang sungai ciliwung hingga saat ini. Pintu air manggarai adalah pemandangan tersendiri, segala sampah berkumpul dimulut pintu air yang menjadi pekerjaan rutin petugas kebersihan dan sumber kehidupan pengais rejeki dari sampah ibukota.
[caption id="attachment_78397" align="aligncenter" width="600" caption="Foto 3"]
Kemacetan sudah menjadi pemandangan sehari2, hanya pada waktu hari raya idhul fitri atau musim liburan panjang agak lega menikmati kota jakarta. Macet adalah pemandangan sehari2, pemborosan BBM menjadi luar biasa yang membuat udara jakarta makin sesak.
[caption id="attachment_78401" align="alignleft" width="300" caption="Foto 4"]
Teringat saya jakarta masa lampau, gedung tinggi itu hanya Sarinah, HI dan Granada di semanggi. Patung selamat datang bunderan HI terlihat tinggi menjulang, demikian juga patung pembebasan di Pancoran, kini semua tenggelang oleh gedung2 pencakar langit. Sebuah kemajuan pembangunan ibukota negeri ini. Namun dibalik gedung2 pencakar langit itu seolah tak tersentuh oleh pembangunan sama sekali. Rakyat itu seolah dibiarkan hidup dalam lingkungan yang selalu mengalami kebanjiran dari tahun ketahun. Sebuah pemandangan yang menarik bagi orang2 yang berada dalam gedung pencakar, tak tergerak hatinya karena merasa bukan urusannya.  Banjir besar tahun 1977 yang melanda jakarta mestinya menjadi pelajaran bagi pemerintah DKI. Seperti halnya untuk wilayah timur, mulai dari pulo gadung sampai cempaka putih, kebon nanas, cipinang muara, kampung melayu, bukit duri, manggarai adalah langganan banjir tahunan yang sampai saat ini belum mengalami perbaikan.
[caption id="attachment_78409" align="alignright" width="300" caption="Proyek Banjir Kanal"]
Proyek Banjir kanal Casablanca yang sedang digarap, memang merupakan proyek pemkot DKI untuk mengatasi masalah banjir yang berlarut2 diwilayah timur jakarta, tetapi jika melihat keadaan bantaran kali ciliwung, menormalisasi kali ciliwung yang merupakan alur aliran dari wilayah bogor menuju teluk jakarta mestinya menjadi prioritas utama.
Membentuk alam buatan tentunya akan sulit menandingi alam ciptaan Tuhan. Mengatasi problem banjir dengan membuat catchment area, tentunya tidak akan seefektif catchment area ciptaan Tuhan. Topografi yang telah terbentuk secara alam, kali ciliwung itu terbentuk dari adanya topografi ciptaan alam, selain lebih mudah penangananya , biayapun tak perlu sebesar pembuatan banjir kanal.
[caption id="attachment_78448" align="alignleft" width="300" caption="Alat ini disamping untuk membangun juga dipakai untuk menggusur"]
Jakarta sebagai pusat perniagaan Indonesia menguasai lebih dari 70 % transaksi dan peredaran mata uang sehingga dibandingkan dengan daerah lain di indonesia, kegiatan perekonomian yang berbasis di Jakarta melibatkan pula banyak orang. Keadaan ini mengundang urbanisasi dari daerah seluruh Indonesia. Masalah urbanisasi yang tidak terkendali telah pula memunculkan pemukiman2 kumuh dan pemanfaatan raung fasilitas umum untuk dijadikan tempat tinggal. Lambanya mengantisipasi masalah tersebut sering menimbulkan bentrokan antara petugas dan masyarakat yang mendudukinya. Sebagian masyarakat pendatang tersebut yang sering dianggap sebagai sampah masyarakat ternyata mengais rezeki dari sampah penduduk ibukota ini.
Khusus mengenai persampahan, pemerintah daerah bertindak sebagai pemberi jasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa tersebut. Sebetulnya, kota2 besar di Indonesia telah menerapkan management persampahan, namun karena karena retribusinya dimasukkan sebagai sumber APBD, maka pembiayaanya juga melalui APBD sehingga dalam pelaksanaannya akan tergantung dari APBD tersebut. Jika masalah persampahan ini dikelola dengan management tersendiri yang bersifat non budgeter, masalah persampahan ini dapat ditangani secara profesional. Penetuan tariff retribusi per KK dapat dihitung sesuai pembiayaan kebutuhan pengelolaan sampah tersebut.
[caption id="attachment_78468" align="alignright" width="300" caption="Berebut Daging Qurban"]
Masyarakat Jakarta yang heterogen, tetapi merupakan masyarakat yang masih mempunyai kesenjangan sosial yang cukup lebar antara yang dan yang miskin. Berebut uang zakat, daging qurban dan angpau adalah pemandangan yang lumrah bagi masyarakat Jakarta. Disamping itu, kaum pengemis yang menadah rezeki dimana2 memaksa pemerintah DKI mengeluarkan perda pelarangan pemberian uang kepada kaum pengemis tersebut. Sebagian orang menganggap pengemis, joki three in one menjadi profesi yang menguntungkan.
Namun demikian, Jakarta juga menjadi kota hiburan, mulai dari hiburan keluarga sampai hiburan pelepas syahwat tertahan. Tetapi sebuah ciri masyarakat perkotaan yang mudah meledak juga dimiliki oleh Masyarakat Jakarta. Ada hal politik yang diterapkan oleh Pak Harto untuk mengantisipasi masalah kerawanan sosial masyarakat perkotaan yang kurang mendapat perhatian pemerintah saat ini yaitu kestabilan harga sembako.
[caption id="attachment_78472" align="alignleft" width="287" caption="Kerusuhan akibat krisis Ekonomi"]
Pada masa lalu, pengembangan industri di Indonesia didasarkan murahnya upah buruh, namun sebaliknya pemerintah melakukan patokan harga gabah tertinggi. Masyarakat pedesaan yang penurut sebagai produsen pangan harus siap rela melakukan subsidi bagi penduduk perkotaan yang mudah marah jika merasa lapar. Lapangan kerja diciptakan untuk masyarakat perkotaan dengan upah murah namun mampu membeli pangan adalah sebuah strategi politik untuk meredam gejolak sosial masyarakat perkotaan.
Masyarakat perkotaan yang berkumpul akan lebih mudah digerakkan untuk melakukan tekanan terhadap kekuasaan apabila mengalami kelaparan. Sebaliknya masyarakat pedesaan yang relatif terpencar2 akan diam karena sulit untuk dikumpulkan. Rontoknya ekonomi negeri ini akibat krisis moneter pada masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kerusuhan yang besar dan pada akhirnya memaksa Pak Harto lengser.
[caption id="attachment_78473" align="alignright" width="285" caption="Pengemis Ibukota"]
Jakarta sebagai barometer politik negeri ini, gerakan masyarakat jakarta akan pula mewakili gerakan masyarakat indonesia umumnya dimata internasional. Sebuah citra akan segera terbentuk dari gerakan masyarakat jakarta. Kenaikan harga sembako, lumpuhnya industri sebagai penyediaan lapangan kerja akibat serbuan barang import, jika tidak disikapi secara serius oleh pemerintah, bukan tidak mungiin akan menimbulkan gerakan masyarakat perkotaan. Gerakan tersebut mudah tersulut akibat masih terjadi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Masyarakat yang miskin itu masih senang menerima uang saweran karena masih perlu pangan. masyarakat yang tidak paham politik digunakan oleh para politikus untuk mencapai kekuasaan. Namun kesenjangan sosial yang terjadi antara penguasa dan rakyatnya bukan tidak mungin akan mengundang gerakan besar masyarakat yang lapar. Jakarta sebagai ibukota negara yang menyenangkan, menysusahkan, menggiurkan juga dapat menjadi ancaman yang serius bagi penguasa jika tidak tanggap terhadap kesengsaraan masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H