Setelah kasak kusuk kesana kemari, Tukul Kumis suami Ratu Langit yang penah berkuasa di Singosari akhirnya terpilih menjadi ketua MPRS ( Majelis Permusyawaratan Rakyak Singosari ) merasa lega hatinya. Walapun partainya keok dalam pemilihan umum rakyat Singosari dan sesuai dengan keinginan hati sang istri tetap bertahan sebagai oposisi, menjadi ketua MPRS adalah pilihan yang tepat. Sebab, menurut pendapatnya, duduk berhadapan dengan Raja juga oposisi namanya.
Mendapatkan kenyataan suaminya diangkat menjadi ketua MPRS, Ratu Langit bungkam seribu bahasa. Banyak rakyat Singosari bertanya-tanya, mengapa Ratu Langit bungkam saja ya…?. Ah, mungkin Ratu langit masih menunggu 100 hari baru mau angkat bicara. Atau mungkin saja sedang kursus mempelajari bahasa yang keseribu satu. Demikianlah pertanyaan yang berkecamuk diotak rakyat Singosari.
Sementara sang Istri cuek biebe, Tukul Kumis segera bersiap siap latihan untuk acara pelantikan Raja Singosari yang baru. Dalam hati dia bergumam, saatnya nanti akan kutunjukkan kepada rakyat Singosari bahwa aku masih unggul, akulah yang melantik Raja. Kagek bakal jadi Raja kalau aku idak galak lantik.
Tiba saatnya hari pelantikan yang sudah direncanakan, Tukul Kumis sebagai ketua MPR dengan penuh percaya diri mumbuka sidang MPRS. Tata tertib dan agenda sidang dia ucapkan dengan lancar dan berwibawa. Saatnya kini dia akan tunjukkan kepada rakyat Singosari, sekarang akulah yang paling berkuasa di tanah Singosari ini , aku nak lantik Raja…..
Tiba saatnya sesi pelantikan Raja, para hadiri semua berdiri menyambut kedatangan Raja yang hendak dilantik dalam acara tunggal itu. Bukan main terkejutnya Tukul Kumis melihat Raja yang hendak dilantiknya, pikiran melayang entah kemana, konsentrasinya menjadi kacau. Tiba2, entah mengapa dia menjadi lupa dengan nama Raja yang hendak dilantiknya itu. Dengan suara belepotan sambil melambaikan tangannya Tukul memberi isyarat agar Raja yang hendak dilantiknya itu untuk mendekat kehadapannya.
“Aku kenal sama kau, kau ini bekas anak buahnyo bini aku… Siapa nama kau, aku lah lupo..”
“Ken Arok….”. Jawab Ken Arok sambil tersenyum penuh arti.
” ya..ya….Ken Angkrok……”
“Ken Arok……” Sambung Ken Arok memperbaiki sebutan namanya.
“Kau cepat sekali besarnyo, waktu kau jadi anak buah bini aku, kau ini masih kanak2, aku masih ingat ”
Ken Arok hanya tersenyum mendengar ucapan Tukul. Sementara itu Tukul memandangi tubuh Ken Arok yang besar tinggi, hatinya makin tidak tenang, pengen buru2 acara itu cepat selesai.