Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sidak, Cara Konyol Membangun Citra

10 Januari 2010   19:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:32 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wuih...wuih...wuih..... ada di TV, LP khusus Pondok Bambu ternyata mewah sekali, penjara termewah didunia, ada donatur rupanya. Siapapaun akan betah dipenjara, dari pada susah2 cari duit dialam bebas, mendingan dipenjara saja, tempatnya mewah, punya dayang2.........makan eeeuunaak. Tapi sayangnya itu buat yang punya duit banyak.

Tapi diblok lain, manusia seperti ikan asin ya, dikurung dibarak sel, padat manusia. Ayam saja dalam satu kandang dibatasi agar dapat tumbuh sehat, makannya diberi yang berkwalitas agar cepat besar. Lha ini kan manusia, manusia yang katanya punya salah, tetapi perlakuannya lebih buruk dari ayam. Apa karena ayam laku di jual sehingga manusia salah diperlakukan seperti itu.

Kita yang hidup di Indonesia ini sebaiknya jangan berbuat salah, berbuat salah berarti akan diperlakukan tidak manusiawi jika kita tidak punya uang atau tidak menghasilakan uang seperti ayam itu.

Perbedaan perlakuan manusia yang punya uang dan yang miskin dipenjarapun sangat terlihat diskriminasinya. Mengambil perbandingan dengan ayam bukan membandingkan antara manusia dan ayam, tetapi membandingkan perlakuannya, yang satu manusia yang menghasilkan maka perlu diberi keistimewaan dan dayang2nya. Sedangkan yang tidak punya uang, adalah manusia2 yang tidak perlu diurus seperti mengurus ayam sekalipun.

Petugas pemerintah akan merepresentasikan sikap pemerintah, artinya perlakuan terhadap orang miskin masih jauh dari manusiawi. Petugas pemerintah itu berasal dari masyarakat,  masyarakat yang masih memandang kemiskinan adalah hina. Kebiasannya dalam masyarakat itu rupanya terbawa didalam menjalankan tugasnya, uang itu sebagai penentu kemulyaan.

Sidak, sebagai upaya membangun citra juga tidak tepat, sidak hanyalah mengorbankan bawahan untuk menaikkan citra petingginya, tertama buat laporan 100 hari, antara lain sudah melakukan sidak yang fenomenal. Kalau memang pemerintah ingin memperbaiki negara, tentunya bukan dengan cara sidak tetapi dengan pertanggungan jawab.

Cara2 mengorbankan orang untuk kepentingan politik rupanya telah menjadi bagian dari para politisi kita, besok petugas lapas pondok bambu akan mendapat sangsi, korban demi mengangkat citra, padahal tanpa sidakpun masyarakat sudah tahu, memang seperti itu dari dahulu. Kalau pemerintah tidak tahu, itu omong kosong, memang dibiarkan untuk mencari keuntungan.  Demi mengangkat citra, sidak itu  perlu diexpose di TV ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun