Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Neurosains dalam Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD)

11 April 2019   14:45 Diperbarui: 30 Juni 2021   07:34 9912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menginjak pada pembahasan neurosains dalam  pembelajaran PAUD, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu neurosains.

Secara etimologi, neurosains adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari tentang sistem saraf, terutama mempelajari neuron atau sel saraf dengan pendekatan melalui banyak cabang ilmu. Sedangkan secara terminologi, neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistem saraf. Atas dasar ini, neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh fungsi-fungsi saraf belakang.

Baca juga: Neurosains Pemasaran Mendongkrak Kinerja Bisnis

Pada dasarnya, neurosains merupakan cabang dari ilmu biologi yang dikembangkan sedemikian rupa untuk mencapai fokus bahasan tertentu. Sehingga pembahasan neurosains dalam pembelajaran tidak terlepas kaitannya dengan struktur dan fungsi-fungsi otak.

Dewasa ini, sudah banyak penemuan mengenai bidang neurosains, khususnya fakta tentang otak anak. Yang kemudian penemuan tersebut mengantarkan kita kepada wawasan bahwa anak usia dini (usia 0-6 tahun) merupakan usia emas, atau yang seringkali kita sebut golden ages. Sejalan dengan ini, Howard Gardner menyatakan bahwa anak-anak pada usia 5 tahun pertama selalu diwarnai dengan keberhasilan dalam belajar mengenai berbagai hal.

Pernyataan Gardner hanyalah satu diantara sekian banyak psikolog yang mendukung fakta bahwa anak usia dini cenderung cepat menangkap dan memahami sesuatu. Sehingga diperoleh kesimpulan, bahwa untuk menciptakan generasi yang berkualitas dibutuhkan pendidikan yang mumpuni sejak usia 0-6 tahun yakni melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

________________

Usia dini adalah usia emas, dimana pada tahap ini anak selalu diwarnai dengan kemampuannya melakukan banyak hal. Mereka menaruh optimism yang sangat tinggi untuk berhasil, meskipun tidak selalu berhasil.

Baca juga: Neurosains dan Dunia Pendidikan

Ketika anak lahir, sel-sel otaknya mencapai 100 miliar. Sel-sel tersebut saling berhubungan meskipun hanya sedikit, meliputi sel-sel otak yang mengendalikan jantung, pernapasan, pendengaran, gerak refleks, dan naluri hidup.

Ketika anak memasuki usia 3 tahun, sel otaknya telah membentuk sekitar 1.000 triliun jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang dewasa. 

Sel otak itu sendiri dapat berhubungan dengan 15.000 sel yang lain. Sinapsis-sinapsis yang sering digunakan, akan menjadi semakin kuat dan permanen. Dalam hal ini, setiap rangsangan atau stimulasi yang diterima anak dalam pembelajaran PAUD akan menciptakan suatu sambungan baru , dan memperkuat sambungan yang sudah ada.

Stimulasi-stimulasi yang dimaksudkan, sangat banyak kita jumpai dalam PAUD. Oleh karena itu, PAUD sangatlah penting bagi pemberian stimulasi otak anak. Kurangnya stimulasi nantinya akan menyebabkan perkembangan otak anak menjadi tidak optimal.

Selain itu, stimulasi yang diberikan kepada anak melalui lembaga-lembaga PAUD akan membuat fungsi-fungsi neuron bekerja secara optimal, sehingga berguna untuk mengembangkan kemampuan sensori anak.

Baca juga: Neurosains Memperkuat Soft Skills Manusia Masa Depan

Penelitian di bidang neurosains yang dilakukan oleh Osbon, White, dan Bloom; menyatakan bahwa perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%. Sedangkan pada usia 0-8 tahun mencapai 80%, dan selanjutnya pada usia 0-18 tahun mencapai 100%. Hal ini menandakan bahwa perkembangan otak anak memiliki presentase paling besar ketika menginjak tahap usia dini.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan neurosains mampu membuat anak belajar dengan maksimal berdasarkan kerja otak secara alami. Dengan demikian, neurosains dalam pembelajaran akan membuat anak belajar, walau semata-mata hanya untuk memenuhi rasa keingintahuannya akan sesuatu.

Referensi : Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains (Suyadi, 2014)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun