Teman sebaya adalah semua orang yang memiliki kesamaan tingkah laku atau psikologis. (Lewis & Rosenblum, 1975)
Siapa sih, yang tidak membutuhkan teman?. Sebagai manusia, tentu sangatlah mustahil bila hidup tanpa peran orang lain.
Dalam dunia anak, teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses mereka berkembang. Terutama dalam hal kontrol emosi dan perilaku, anak akan lebih bisa mengembangkannya melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Dengan seringnya berinteraksi dengan teman sebaya, anak dapat mengetahui bahwa diluar sana masih banyak lingkungan yang harus ia eksplorasi. Ini bisa dikatakan sebagai suatu proses anak berkenalan dengan berbagai macam lingkungan yang ia hadapi, sehingga suatu saat apabila muncul masalah, ia dapat menemukan solusi untuk menyelesaikannya.
Interaksi sosial yang dilakukan dengan teman sebaya, bisa berupa hal yang sederhana seperti memainkan suatu permainan bersama ataupun hanya bercakap-cakap. Hal itu dapat menumbuhkan rasa empati anak. Anak bisa menyesuaikan sikap dan emosi dengan teman yang notabenenya menjadi lawan bermainnya. Selain itu, anak dapat mendapatkan  wawasan baru dari lingkungan, namun dengan catatan tetap pada kontrol orang tua.
Mempunyai teman sebaya juga penting untuk mengembangkan aspek komunikasi dan sosial anak. Jika sedari dini ia sudah mampu berinteraksi sosial dengan temannya, maka selanjutnya anak pasti akan mudah dalam membangun relasi dengan orang baru. Dan, anak akan terhindar dari apa yang kita sebut "isolasi sosial" atau ketidakmampuan untuk melebur ke dalam suatu jaringan sosial.
Menurut Santrock (1995), seorang anak yang mengalami masalah isolasi sosial akan cenderung mempunyai tingkat kepercayaan diri yang rendah dan kemungkinan besar tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal itu bisa berlanjut dengan keadaan yang mudah depresi, euphoria yang berlebihan jika mendapat penghargaan, kerap menyendiri, dan manajemen emosi yang buruk.
Peran orang tua dalam membentuk karakter anak yang easy going dalam berteman, sangat penting dilakukan mengingat urgensi yang ditimbulkan akibat teman sebaya anak. Sedikit demi sedikit, dalam keseharian anak dirumah, orang tua perlu menyelipkan nilai-nilai yang mampu membentuk pribadi anak menjadi terampil dalam berteman. Dibawah ini terdapat beberapa poin yang sekiranya perlu dilakukan oleh orang tua dalam rangka membentuk karakter anak yang terampil dalam berteman.
Mengajarkan tolong-menolong
Mengajarkan hal ini sangat mudah apabila hendak diterapkan dalan keseharian anak didalam keluarga. Orang tua meminta bantuan anak berupa perintah-perintah kecil, dapat membangkitkan empatinya terhadap orang lain yang perlu bantuannya. Misal, ibu meminta tolong untuk dibelikan garam diwarung dekat rumah. Jadi, jika nantinya anak dihadapkan pada teman yang sedang kesusahan ia akan dengan sigap membantu karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Sehingga ia akan mudah menjaring teman karena sikap baiknya tersebut.
Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda
Sepertinya prinsip ini dirasa sangat lumrah dalam kehidupan kita karena sedari dini, pendidik anak usia dini selalu menanamkannya. Dalam contoh keseharian, menghormati orang tua dan menyayangi yang muda merupakan salah satu bentuk itikad baik atau tata karma dalam masyarakat. Anak yang mempunyai rasa hormat pada yang tua, pasti akan lebih menonjol daripada anak yang lain. Begtu juga anak yang mempunyai kasih sayang entah itu ditujukan keapda adik, teman, bahkan binatang. Eksistensi ini yang membuat anak tersebut akan mudah dan terampil dalam interaksi sosialnya dengan lingkungan.
Mengajarkan memahami kondisi orang lain
Setiap manusia itu berbeda, begitu pula latar belakang dan kondisi yang dialami. Beruntunglah jika seorang anak dapat makan dengan baik dan terpenuhi kebutuhannya dengan layak. Namun lihat diluar sana, banyak teman yang tidak seberuntung kita. Mengajarkan anak untuk memahami kondisi orang lain juga dikatakan sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang sudah diberikan-Nya.
Melatih anak untuk menghabiskan makanannya, dapat mengajarkannya untuk memahami kondisi anak jalanan yang seringkali kelaparan. Lalu melatih anak menabung, dapat mengajarkannya untuk memahami kondisi bahwa setiap keinginan harus ada proses supaya terpenuhi, tidak bisa terwujud hanya karena sikap egois.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI