Secara harfiah, makna dari kepedulian sosial atau social awareness dalam lingkup anak usia dini yakni suatu keadaan dimana anak menyadari keberadaan,  keterlibatannya dan perannya dalam lingkungan sosial. Ringkasnya, social awareness merupakan bahasan mengenai kepekaan sosial anak terhadap apa yang ada disekitarnya.
Lalu, mengapa kita harus menanamkan kepedulian sosial sedini mungkin pada anak? Toh, seiring dengan bertambahnya usia, lambat laun anak akan paham bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tanpa harus diajarkan. Begitu kan?
Sebenarnya, kepedulian atau kepekaan sosial merupakan salah satu komponen penting yang harus diajarkan anak sedari dini. Karena bukankah akan lebih baik jika seseorang mempunyai sisi sosial sedari dini supaya seterusnya akan menjadi kebiasaan?
Kepekaan sosial, harus ditanamkan pada diri anak agar ia dapat belajar dari apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan dari apa yang terjadi disekitarnya. Dan setelah itu, anak akan bisa memahami masalah dan  bagaimana cara mengatasinya.
Anak dengan kepekaan sosial yang baik, biasanya memiliki rasa kepedulian yang tinggi dengan lingkungannya. Sehingga, anak tidak akan menjadi pribadi yang apatis, yakni keadaan psikologis dimana seorang individu tidak mempunyai rasa ketidakpedulian terhadap sekitarnya.
Anak juga cenderung aktif dalam memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan. Misalnya gemar membantu teman, guru, dsb. Maka dari itu, kerapkali kepedulian sosial dianggap menjadi penyebab munculnya rasa simpati serta empati.
Sikap ini sangat diperlukan dalam peran anak dalam kehidupan bermasyarakat. Karena munculnya kepedulian sosial juga dapat memicu kepekaan terhadap emosi atau perasaan orang lain yang ada disekitarnya. Sehingga sejak dini, anak sudah bisa menempatkan diri pada posisi yang dirasa sesuai dengan lingkungan atau keadaan yang ditempatinya.
Lalu, bagaimana cara menanamkan kepeduliann sosial kepada anak?
Sering komunikasi antara orang tua dengan anak
Posisikan orang tua sebagai pendengar yang baik ketika anak sedang ada masalah. Jadi, misal ketika anak mengalami suatu konflik dengan teman, ia mampu bersikap terbuka dengan belajar untuk menerima nasihat serta masukan dari orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.
Belajar memaafkan
Belajar memaafkan, berarti belajar merendahkan ego dan melapangkan dada atas apa yang menyakiti hati. Jadi, dengan mengajarkan anak untuk memaafkan kesalahan, maka akan mengurangi sifat egoisme yang ada dan belajar memahami orang lain.Â
Terutama jika teman yang dianggap salah sudah meminta maaf, maka ajari anak untuk dengan tulus menerima permohonan maaf temannya sehingga anak otomatis menjunjung tinggi nilai perdamaian.
Melibatkan anak dalam kegiatan sosial
Kegiatan sosial disini tentu tidak soal pekerjaan-pekerjaan berat yang seringkali kita bayangkan menyangkut misi kemanusian seperti relawan bencana alam, dll.Â
Jika menyangkut lingkup anak usia dini, maka kegiatan sosial dapat diawali dengan orang-orang terdekatnya, misal dengan saudara. Tentang bagaimana hubungan sosial antar saudara sang anak, apakah sudah terkondisikan ataukah belum, dalam artian mengacu pada prinsip "yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda".
Kemudian, ajaklah anak dalam kegiatan atau aktivitas yang diadakan oleh tetangga atau masyarakat sekitar, misalnya acara pernikahan, pengajian, dll. Sehingga anak dapat berinteraksi dengan suasana dan budaya yang berbeda-beda, dan  dapat melatih kepekaan sosialnya menjadi lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI