Mata. Melirik-lirik sipit, sekali melebar. Berusaha naif, namun takut tertinggal momen.
Mulut. Terkatup, terkunci, tapi sekali ternganga. Menyembunyikan gigi layaknya kriminal.
Telapak. Katakan "iya" jika ada yang bertanya apakah ia baru menyentuh air dingin.
Pori. Tidak ada yang bisa menghentikannya merembeskan jebolan kelenjar.
Jantung. Berlagak baru meniti lapangan tujuh kali. Memaksa keluar rusuk.
Rumah siput dan retina. Nampaknya mereka sekarang memproduksi madu.
Ekspektasi. Semua yang terjadi bisa saja bukan karena bumbu kebetulan.
Bungah. Seratus persen sukses menghasilkan lengkung yang membuncah.
Sembunyi. Nyatanya menjiplak sang surya, semakin tenggelam semakin terlihat semburat.
Sedangkan diri, merendah dan pesimis serta merasa tak layak.
Percaya saja. Tangan-Nya menentukan lakon apa yang akan terjadi.
Malang, 25 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H