Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Partikel Momentum

25 Maret 2018   18:55 Diperbarui: 26 Maret 2018   16:27 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(http://culturainquieta.com)

Mata. Melirik-lirik sipit, sekali melebar. Berusaha naif, namun takut tertinggal momen.

Mulut. Terkatup, terkunci, tapi sekali ternganga. Menyembunyikan gigi layaknya kriminal.

Telapak. Katakan "iya" jika ada yang bertanya apakah ia baru menyentuh air dingin.

Pori. Tidak ada yang bisa menghentikannya merembeskan jebolan kelenjar.

Jantung. Berlagak baru meniti lapangan tujuh kali. Memaksa keluar rusuk.

Rumah siput dan retina. Nampaknya mereka sekarang memproduksi madu.

Ekspektasi. Semua yang terjadi bisa saja bukan karena bumbu kebetulan.

Bungah. Seratus persen sukses menghasilkan lengkung yang membuncah.

Sembunyi. Nyatanya menjiplak sang surya, semakin tenggelam semakin terlihat semburat.

Sedangkan diri, merendah dan pesimis serta merasa tak layak.

Percaya saja. Tangan-Nya menentukan lakon apa yang akan terjadi.

Malang, 25 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun