Mohon tunggu...
Perpustakaan Kementerian Keuangan
Perpustakaan Kementerian Keuangan Mohon Tunggu... -

"An investment in knowledge pays the best interest." -Benjamin Franklin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjalani Semuanya dengan Bahagia….

3 Juli 2012   09:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mo.. Hari ini gue mau maen ke Perpus yaa… Kangen ma Lo nih….

Sebuah pesan singkat masuk di ponselku pagi ini. Fuad mantan salah satu ajudan Menteri ini adalah sahabat baikku sejak dulu. Kini dia bekerja di Sekretariat Menteri. Kami sering bertemu ketika dulu kami sama-sama menjalani diklat Keprotokolan di Semarang. Badannya tegap atletis dan selalu berpotongan rambut cepak khas seorang ajudan.

Fuad ini adalah penggemar kopi hitam tanpa gula. Dia pernah bercerita kalau setiap pagi dia harus meminum kopi dulu sebelum beraktifitas. Bahkan saat diklat dulu dia membawa bekal kopi hitam sendiri dari daerahnya. Setiap ditanya apa bedanya kopi punya dia dengan kopi yang dijual di supermarket dia pasti menjawab, “Bedalah Mo kopi gue ini… Kopi Lampung itu adalah kopi paling nikmat di seluruh dunia…”

Aku memutuskan untuk membeli kopi di koperasi kantor untuk Fuad sebagai hidangannya. Ah apapun lah kopinya yang penting ada minuman buat dia. Saat aku merapikan baju dan melepas jaket tiba-tiba aku dikagetkan oleh seseorang.

“Mooo…!! Gendut kali Lu sekarang….!!”, kata salah seorang pria yang tiba-tiba muncul di belakangku.]

Ternyata Fuad sudah sampai di Perpustakaan.

“Heh. Kau sudah tiba rupanya… Ini aku baru mau beli kopi buat kau di Koperasi Fu….”, sahutku sambil menjabat tangannya.

“Ah Lu jangan repot-repotlah.. Gue kesini emang ada perlu…”, jawab Fuad sambil melihat-lihat deretan buku Ekonomi.

“Eh Mo Lu kenapa bisa gendut kayak gini sekarang Mo.. Jarang olahraga Lu yaaa…”, tanya Fuad.

“Hahahaha… Aku udah jarang lari pagi Fu, sekarang malah sering fitness… Faktor usia kai Fu, makin lama perut buncit ini nggak bisa dihindari… Hahahaha”, jawabku tertawa.

“Lihat gue Mo… Nih masih sixpack perut gue nih… Biar gagahlah kita.. Jangan cuma ditempat diklat doang kita gagahnya Mo… ”, kata Fuad.

Aku hanya tertawa mendengarnya. Memang benar sih dulu sewaktu masih dalam pendidikan, postur tubuhku lebih terjaga. Ukuran celanaku dulu masih berkisar 30 atau 31, sekarang ukuran celanaku berkisar di 34. Dan memang llngkar perut ini semakin hari semakin tidak terkendali. Nampaknya aku harus sering-sering berolahraga dan mengatur pola makan nih seperti anjuran Fuad.

“Mo,, Pak Direktur minta buku yang judulnya ‘Theory And Practice Of Excise Taxation nih. Lo bisa bantuin gak…?”, tanya Fuad.

“Gampanglah Fu itu mah… nih sebelah sini nih”, kataku sambil berjalan ke rak paling depan. Sebuah buku karangan Sijbren Cnossen aku ambil dari rak.

“Mantaaaaabb…”, jawab Fuad girang.

Dia lantas duduk di sofa baca sambil membuka-buka halaman buku tersebut. Dia nampak serius melihat daftar isinya. Dia telaah satu per satu untuk memastikan bahwa memang buku ini yang diperlukan oleh atasannya.

“Siiippp… Buku ini gue pinjam yaa..”, sahut Fuad.

“Yohai…”, jawabku sambil meng-entry di aplikasi peminjaman buku.

“Kau tidak sedang terburu-buru kan Fu..? Aku carikan kau kopi ya sembari kita mengobrol…”.

“Tak usah cari kopi Mo.. Tadi pagi gue udah habis segelas kopi hitam… Terlalu banyak kopi ternyata tidak baik untuk ginjal Mo.. Sekarang gue udah mulai mengurangi konsumsi kopi…”, jelas Fuad.

Fuad menyandarkan punggungnya di sofa. Dia lantas membuka-buka buku agendanya. Aku melirik catatannya itu isinya kolom-kolom semacam jadwal kegiatan. Karena bekerja di Sekretariat Menteri dia harus bisa mengatur jadwal kegiatan Menteri supaya tidak bentrok satu sama lain.

“Fu.. Hebat banget kau ini ya Fu.. Di tengah kesibukan yang padat ini kau tetap bugar dan selalu nampak bahagia…”, aku duduk disamping Fuad membuka pembicaraan.

Fuad tersenyum lalu berkata, “Dinikmati aja sih Mo kalo gue.. Bagi gue semuanya ini adalah ibadah.. Kalau dijalani dengan hati yang senang dan penuh keikhlasan, maka sesibuk apapun kita itu akan tetap menyenangkan…”, kata dia.

“Eeeemm.. bener banget Fu.. Resepnya apa nih Fu supaya tetap semangat…?”, tanya aku lebih lanjut lagi.

“Yaaa dibikin happy aja Mo… Enjoy aja.. Nikmatin semua kesibukan ini.. Jadikan semua ini menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi kita…”, jawab Fuad sambil tersenyum.

Benar kata Fuad. Menjalani setiap aktifitas dengan hati yang riang dan senang itu sangat baik. Apapun aktifitas kita dan sesibuk apapun itu kalau kita bisa membuat perasaan dan hati kita tetap nyaman dan senang maka semua itu akan sangat mudah dikerjakan.

“Kuncinya adalah bahagia Mo… Jaga hati kita supaya terus merasa bahagia dan bersyukur, maka apapun aktifitas itu maka semuanya akan terasa menyenangkan….”, jelas Fuad.

Kebahagiaan sebenarnya sudah ada dalam diri kita. Ini akan terjadi ketika kita mengerjakan sesuatu dengan menggunakan seluruh pikiran dan tenaga kita. Kalau kita ingin bahagia, maka kita harus selalu semangat dan memandang sesuatu secara positif.



www.perpustakaan.depkeu.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun