Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Saya Mengantar Ibu Saya ke Pengadilan untuk Bercerai?

24 Juni 2022   17:00 Diperbarui: 28 Juni 2022   02:49 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nanah yang meradang dan menganga akibat kemarahan dipendam dan terpaksa disembunyikan itu mengakibatkan lemah jantung yang hingga kini membutuhkan obat untuk meredakan dada yang sesak. Obat dalam arti harfiah karena ibu saya bergantung obat yang dibeli dari apotik untuk menjaga stabilitas kesehatannya.

Gejala jantung ini juga membuat dokter Adrianus (dokter kenalan dari adik saya) melihat jika penyebabnya diakibatkan oleh faktor psikis yang kemudian disangkal oleh bapak saya---dengan memotong dan menyanggah jawaban ibu saya untuk pertanyaannya. Mengobati nanah itu pun membutuhkan waktu. Dan tidak bisa instan. 

Selama ini saya yang tinggal hanya berdua serumah dengan ibu saya menyadari bagaimana sulitnya mengajak bangkit seseorang yang jatuh dalam kubangan luka dalam itu. Saya pun akhirnya hanya bisa berusaha memahami.

5. Karena didikan orang tua dan kondisi saya sendiri yang menerima perundungan dari lingkungan sekitar selama bertumbuh-kembang dan mengalami berbagai hal membuat saya lebih lancar menulis ketimbang berkata lisan. Dalam kenyataannya, ada orang yang pintar berdebat dan kemampuan saya berpikir turun drastis jika harus adu mulut. Kelebihan dari menulis seperti ini membuat banyak orang mesti membaca hingga selesai dari keterangan serta pemikiran saya tanpa bisa memotongnya di tengah-tengah pengungkapan. Jika ingin menyanggah, sanggahlah dengan artikel supaya di kemudian hari saya bisa membacanya juga.

6. Tulisan ini dibuat dengan sejujurnya, dan ditulis untuk pencegahan sesuatu yang entah terjadi kelak (atau tidak---saya pun tidak tahu) jika dibutuhkan sebagai referensi atau ketika ada yang terlupa bila saya harus bercerita kembali tentang penyebab awal keretakan yang dimulai sejak lama namun tak kunjung ada solusi yang memadai dan segala permasalahan tadi hanya mencoba dilupakan dan dipendam. Mungkin juga (jika bisa), mencegah perceraian Anda dan seseorang dekat Anda jika memiliki penyebab serupa atau terkait.

Tulisan ini tidak juga bertujuan untuk framing bahwa bapak saya adalah figur yang buruk sepenuhnya, bagaimananapun tiap orang mestinya juga mempunyai sisi baik dan buruk. Yang tidak disadari bapak saya adalah, permasalahan yang sama tadi datang lagi berulang-ulang di kemudian hari tanpa ada penyelesaian yang baik.

*

Sebenarnya ada masih banyak tentang permasalahan dan renik yang belum diungkap disini, namun dari sekelumit ini semoga ada yang mengambil hikmahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun