Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Gerombolan "Drum Band" dan Pengamen

12 November 2021   15:24 Diperbarui: 12 November 2021   19:10 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini dari mana?" tanya saya ke pembawa kotak kardus yg menengadahkan kardusnya cari sumbangan. Saya bertanya sambil menunjuk gerombolan penabuh drum, tetabuhan ala drum band, perkusi, dan galon akua yang sering lewat di jalan umum sebelah rumah. Karena rumah tinggal sekeluarga berada di pojok pertigaan jalan.

"Berbek" jawabnya. Berbek adalah sebuah daerah yang bersebelahan dengan daerah tempat saya tinggal.
"Jangan lewat sini lagi ya. Ibu saya sakit jantung"

Gerombolan bocil penabuh drum ala penggugah sahur dengan suara berkali lipat lebih kencang itu lumayan sering lewat. Padahal dulu saat saya masih tinggal di kost, kabarnya hanya lewat sekali seminggu. Bahkan beberapa waktu lalu saya melihat ada beberapa grup lain (dari yang semula saya lihat hanya satu) yg menabuh sekuatnya selepas Maghrib, hampir tiap hari.

Tak hanya saya yang khawatir, tukang bangunan yang beberapa waktu lalu membenahi rumah juga merasa sumpek. Saya tahu saat berbincang dan sempat menyinggung keberadaan mereka  Tapi tak ada juga yg menegur mereka sebelumnya.

Di lain pihak, sudah sejak lama juga saya mendengar musik metal dan lainnya via headphone (jika dgn laptop) atau earphone (jika pake ponsel) krn suatu saat lalu mami saya mengeluhkan jantungnya berdebar jika saya memutar musik begitu via speaker.

Pasca ditegur, beberapa waktu lalu mereka masih sekali lewat dengan volume suara yang tak sekencang dan sedahsyat sebelumnya. Meski masih berisik. Sekali itu mereka tidak mampir menengadahkan kardus lagi buat cari sumbangan seperti sebelumnya walaupun tak pernah saya beri.

Mungkin mereka mesti mengalami orang terdekatnya terkena serangan jantung dulu biar paham.

Alih-alih memberi gerombolan drum band jalanan pembuat bising itu, saya lebih suka memberi seikhlasnya pengamen yang lewat dengan gitar seberapapun mutu permainan mereka. 

Biasanya mereka membalas, "ini baru berangkat mas. Nanti kalo balik aja ya..." waktu saya meminta mereka mampir buat menukar recehan yang mereka punya. Meski pengamen tadi pun tak selalu kembali mampir sewaktu pulang. Entah mungkin mereka lewat jalan yang lain.

Keberadaan pengamen itu bukan pengganggu dan pembuat bising, malah sekaligus 'money changer' keliling buat saya yang sering membutuhkan duit koin alias recehan (tak hanya buat saya untuk toko keluarga saja ternyata, beberapa kali saya mendapati para pengamen yang berbeda di minimarket dengan tujuan serupa). Padahal antara grup tetabuhan dan pengamen tadi sama-sama mencari 'remahan' dan recehan sepanjang jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun