Setiap tetes yang mengalir merdeka atasku diwariskan olehmu
Entah siapa yang mengutusmu, mahkota insan
Aku tak tahu mengapa kau bertaruh raga untuk mereka yang menginginkan
Kematianmu
Karena dengan begitu aku menjadi berhutang surga
Kau mundur dari hidup setelah maju berperang
Untuk mereka yang maju pada hidup setelah malu menyerang
Merelakan dagingmu untuk dagingku
Ragamu untuk tanahku
Dan jika kau berlalu
Beberapa insan hina ini akan menghianatimu begitu rupa
Untuk kau yang pernah tercipta
Untuk kau yang menjadi pucuk senjata
Hanya kau
Dan pekuburanmu akhirnya tanpa nyawa
Tertimbun sampah kolosal peradaban yang memperhitungkan
Harga tiap kuntum bunga di peraduan
Aku sudah melihat monumen untukmu juga hancur
Semenjak bintangmu meluntur
Pada tiap harinya
Entah siapa yang mengutusmu,
Meski akan rebah juga ku menahan palu
Menjadi yang terlupakan
Andai aku adalah kau
Andai satu langkah ku mau
Berlari dengan debu
Seribu tahun sebelum masaku.
/2010Â
*Pernah terpublikasi di situs lain yang kini telah ditutup, dan masuk ke album antologi puisi saya 'Nyanthing'.
Di-publish ulang di Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H