Saya datang ke alamat Karangasem 20 itu dan tertipu, tak ada amplop untuk saya. Tak ada uang yang akan disediakan untuk saya. Karena awalnya saya pikir ada uang jerih payah yang dititipkan saat saya datang ke sana. Padahal masih dalam ingatan saya perkataannya, "uang honor segitu mana cukup untuk biaya hidup kamu?"
Tetapi saya pun masih menumpang tinggal dengan orang tua saya dan membantu usaha orang tua saya, jadi segala kebutuhan saya dan seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah pun masih menjadi 'marjin' usaha tersebut. Di atas semuanya, ternyata "honor yang cuma segitu" juga tak bisa saya dapatkan pula. Seagama nggak menjamin diakali dan 'bebas kadal' begitu ya?Mendadak Pengemis episode I.
[caption caption="Saya coba menghubungi dan janji diarahkan, tapi setelah saya SMS dan mendatangi rumahnya, jawabannya nol. Merasa terusir."]
[caption caption="Pembayaran seret dan sampai sejauh ini tak ada respons meski telah diberi nomor rekening transfer. Agaknya memang niat. Lagipula, tadinya saya menghubungi nomor ini, tetapi replynya pada nomor lain. Mungkin kartu perdana wilayah Jakarta?"]
***
Beberapa waktu kemudian ada lowongan freelance juga di OLX. Lowongan ini dalam bidang grafis yang termasuk dalam bidang utama saya sekarang. Spesifiknya adalah untuk keperluan sampul buku. Setelah sempat mengajukan penawaran akan contoh 'gaya desain' dan style saya, saya pun akhirnya dipilih menjadi desainer sampul bukunya.
Keterangan sebelumnya yang menyebut bahwa kisaran sampul buku tersebut berkaitan dengan Islam pun saya sanggupi. Tak lain karena alasan dalam kehidupan beragama yang tidak berbatas. Saya pernah baca bahwa arsitek Masjid Istiqlal adalah seorang Nasrani. Banyak saudara muslim juga yang turut membantu pembangunan dan pengamanan gereja. Jadi saya pun mengambil bagian selama saya bisa.
Selama beberapa waktu order pun mengalir dan saya tak mempermasalahkan revisi berlipat hingga membutuhkan waktu beberapa bulan sejak tanggal pertama order. Karena saya menjabarkan bahwa saya bisa dan bertanggungjawab hingga fix, dalam artian desain final yang siap untuk dicetak. Saya pun menghubungi Kompasianer dan teman saya lainnya yang hobi berpelancong untuk saya beli gambar foto jepretannya jika mempunyai kebutuhan pada sampul buku tersebut. Saya membutuhkan foto masjid Kalimantan Timur yang sesuai dengan satu judul buku yang sampulnya saya edit.
Beberapa kali pembayaran order dilakukan setelah satu-dua sampul dikerjakan. Tetapi masalah kembali timbul saat ada permintaan pembayaran order akan dilakukan secara serentak sekaligus seperti kasus saya sebelumnya. Ada tiga order sampul buku yang disetujui pada saat terakhir dan ada satu sampul buku yang katanya menunggu persetujuan penulis, yang merupakan editing dari sampul buku awal yang tak terpakai karena ditolak. Oke tak masalah. Tetapi selama beberapa waktu menunggu saya sempat merasa saya terputus hubungan selama beberapa waktu.
Saat itu saya curiga bahwa ada hal tidak beres, dan segera menghubunginya dengan gencar. Jika ada yang bilang jengkel, saya memang jengkel karena pengalaman tertipu pula. Tapi beberapa hari kemudian saya menerima reply WA. Dari penjelasannya yang bisa saya terima, saya pun memutuskan lanjut dan lalu diberi DP sebanyak ongkos dua desain sampul saja. Sedangkan satu yang telah disetujui belum dan satunya yang katanya membutuhkan persetujuan penulis juga masih dalam antrian.
Lalu ada permintaan aneh yang diharuskan mengetik sekelompok kata pada screenshot chatting. Hasil dari pengetikan ini diminta untuk diserahkan ke rumahnya. Saya tak segera menyanggupi permintaan ini dan lalu mempertanyakan itu. "Diketik saja," dan bagaimana dengan ke rumahnya? Tak ada jawaban. Padahal menurut keterangan dari WA sebelumnya, rumahnya di Mataram-Lombok; sangat berbeda dengan iklan OLX yang saya jumpai sebelumnya bahwa posisinya berada di Jogja.