Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Review] Nagaswara Hot & Musik Murah, "Harga Bunuh Diri" dari Sebuah Industri

5 Mei 2015   06:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun tak pelak, harga yang terlalu murah ini mau-tak-mau menyisakan tanya juga buat saya pada awalnya: bagaimana kualitas musik di dalamnya? Jangan-jangan aransemen musik di dalamnya tidak mampu untuk mencuri perhatian penikmat "musik mahal"? Bisa dibandingkan, MP3 buatan Sony Music yang berisi 50 lagu saja dibandrol Rp. 25.000,- atau 2,5 kali harga CD berformat MP3 Nagaswara Hot ini. CD MP3 milik Sony Music yang berisi puluhan artis papan atas itu ditarik dari peredaran dengan alasan yang tidak jelas, seperti yang dipaparkan oleh pegawai minimarket ketika saya bertanya kemana raibnya seri MP3 milik Sony Music di raknya. Jawabannya pun tidak saya dapatkan sewaktu menghubungi pihak Sony Music melalui email dan media sosial. Kemungkinannya mereka mempertahankan harga jual tinggi di toko-toko CD dan online meski harus berdarah-darah dari segi penjualan. Karena menjual musik sangat murah ini mungkin bisa menimbulkan problema baru pada pemikiran konsumen: "ternyata dari harga segitu pun sudah mencukupi ongkos produksi sekaligus artisnya". Padahal proses pencarian ide untuk dituangkan menjadi sebuah lagu bukan seperti membeli nasi bungkus di warung sebelah yang ada pada tiap hari kerja, karena itu banyak karya seni dijual dengan 'harga pantas' (baca: mahal). Jadi bisa dibilang, "harga bunuh diri" ini adalah sebuah dilema ketika musik banyak digratiskan oleh penulis blog yang ironisnya, mereka juga berburu uang dari pemasukan iklan kepada blognya. Dan sungguh suatu hal yang aneh: ketika kita menjumpai maraknya penggerebekan penjual CD bajakan, tapi di sisi lain seperti ada pembiaran pemilik blog musik gratisan.
Meskipun dari yang saya tahu, beberapa tautan internet macam stafaband dan lain-lain sekarang juga dikeluhkan beberapa orang pengunduh ketika beberapa media sudah tidak eksis di penyimpanan online lagi. Tapi seperti kasus Napster besar dulu, pengekornya banyak banget.

[caption id="attachment_364455" align="aligncenter" width="500" caption="Ini adalah satu dari beberapa CD MP3 milik Sony Music yang ditarik dari peredaran sebelum habis terjual"]

14307811031768958672
14307811031768958672
[/caption]

Secara kualitas teknis, format MP3 dalam Nagaswara Hot ini berada di kisaran 196 Kbps yang termasuk settingan "CD Quality", berbeda tipis dengan standar saya yang biasa me-rip (mentransfer dari CD Audio ke sebuah file digital macam MP3 atau AAC dan lainnya) koleksi saya dengan kisaran transfer-rate 256 Kbps. Sebagaimana kita tahu batas terendah kisaran "CD Quality" ini adalah 128 Kbps, yang saya ketahui juga menjadi standar transfer-rate dari kaset ke format digital. Jika dibandingkan, bahkan mutu suara 196 Kbps ini lebih sangat baik dibandingkan pita kaset: dari daya tahan, aksesibilitas, dan tingkat kejernihan musik outputnya.
Sedangkan dari sisi artis yang membawakan lagu di dalamnya memang sangat beragam, ada banyak artis papan atas pula meski ada juga artis yang tidak saya ketahui karena keterbatasan saya yang bukan pengamat musik. Banyak yang lumayan bahkan bagus dalam segi aransemen dan penggarapan musik, namun ada juga yang menurut saya perlu pemolesan lagi supaya terdengar "lebih matang" dengan lirik yang tidak "terkesan gampang".

Saya sendiri pecinta segala jenis musik, tapi saya mesti menyisihkan beberapa lagu supaya dalam menikmatinya tidak lagi "mengernyitkan dahi" karena tergolong "kurang masuk". Meskipun begitu, lagu-lagu yang "masuk" dan masih saya pertahankan dalam playlist tentunya masih berharga sangat murah jika dibandingkan harga ringback-tone ponsel ataupun MP3 yang dijual di layanan musik terkemuka (ada separuh lebih berbanding seluruh kuantitas lagunya), bahkan jika dibandingkan dengan harga perlagu dalam format kaset dari artis Obbie Messakh "Kisah Kasih di Sekolah" tahun 90-an yang kisarannya adalah Rp.3000-an per-album atau Rp. 300,- per lagunya. Kala itu, berapa kurs dollar berbanding rupiah?
Hanya saja, tak dapat dipungkiri perbedaan akan kesukaan serta selera seseorang pada aliran dan genre musik; saya sendiri masih optimis jika CD MP3 ini akan lebih banyak dibeli orang jika mereka mengetahui barisan daftar lagunya. Namun sebagaimana upaya untuk menekan harganya, CD MP3 macam Nagaswara Hot ini "nyaris" tak menggunakan iklan sebagai penarik minat konsumen—setidaknya kata nyaris ini berarti bahwa saya tak pernah menjumpainya, mungkin saja ada kala saya tidak tahu. Minimal banner di website yang berharga murah, atau situs gratis. Tapi setidaknya saya pernah menjumpai juga saat beberapa video klipnya tayang di televisi. Dari genre musiknya sendiri sangat beragam: ada Dance, Pop, Easy Listening, Rock Alternatif, Slow Rock, Rock n' Roll, Nu Metal, Rapp, Dangdut, Top40, Electronic, bahkan Reggae pun ada juga.

Dari sekian judul yang saya pertahankan, di dalamnya ada sejumlah lagu menggelitik atau mencuri perhatian saya. Misalnya saja (judul diambil dari kedua CD): "Saatnya Weekend" (Gretha), "Di Saat Aku Mencintaimu" (Dadali), "Tak Mungkin" (Wonder Women), "Sumpah Aku Cinta Mati" (Checyl), "Lollipop Love" (Nina Tamam), "Jantungku" (Reefa), "Cari Perhatian" (The Pop's), "Ok Ok Ok" (Baron Soulmates), "Tanda Cinta" (Karen), "Jejak Luka" (Dewi Marfa), "Maaf" (Dewi Gita), "Stop" (Titi DJ), "Pilihan Hati" (Hello feat Mega), "Cinta Satu Malam" (Melinda), "I Love You" (Ressa Herlambang); bahkan ada lagu yang kocak terdengar milik T2 (Tika-Tiwi) yang saya suka: "Ku Punya Pacar" dan "Stop Baby", Yang terdengar lucu lainnya, "RBTku" (The Law), "I Love You Boy" (Inna Kamarie), "Aku Kangen Aku Rindu" (Alexa key) dan "Tutut" (Nagaz). Yang terakhir ini malah bikin ketawa teman (Sekaligus penasaran) ketika saya meniru menyanyikannya. Hahaha...

Bila disebutkan lagu yang saya pertahankan di playlist satu-persatu dari dua bagian CD ini tentunya akan menambah panjang artikel yang sedang kita baca ini. Jadi, pernyataan yang tepat mungkin adalah: mendengarkan lagu-lagu dari Nagaswara Hot ini seperti mendengarkan puluhan 'cerpen' atau 'cermin' (cerita pendek atau cerita mini) yang ditransformasi ke dalam lagu. Dan cerpenis yang mendengarkannya mungkin saja akan terinspirasi sesuatu dan mulai menulis dengan backsound musik tersebut. Secara keseluruhan saya tak dapat merating ini seperti saya merating dan mereview Kla Project sebelumnya karena beragamnya isi. Hanya, jika Anda ingin tahu rating saya sebenarnya...

Saya memberi 200% untuk Kepuasan berbanding Harga karena murahnya ^_^.

[caption id="attachment_364456" align="aligncenter" width="500" caption="Ternyata musisi ini albumnya juga dibuat dalam format MP3 original"]

14307811741653001296
14307811741653001296
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun