Pada masanya, mesin video game dingdong arcade (saya singkat dingdong saja seterusnya) begitu populernya. Sampai-sampai ada pelarangan jam buka kios dingdong di jam-jam sekolah karena dikhawatirkan akan mengganggu pelajaran siswa sekolah. Saya tidak menyebut siswa-siswi karena mayoritas penggemar game dingdong yang menggunakan koin ini hanya cowok; sepertiga diantaranya adalah anak seusia sekolah tingkat dasar. Kalaupun ada cewek, bisa dihitunglah dengan jari sebelah tangan per seribu kunjungan. Ya iyalah, cewek normalnya akan berpikir dua kali masuk ke tempat yang dikerumuni banyak cowok (selain hobi mereka bukan pada permainan itu pada umumnya). Para cowok ini memenuhi bioskop-bioskop 'kelas melati' pada waktu itu (umumnya gerai dingdong menyatu dengan gedung bioskop) dan kios-kios dingdong yang lain—semisal di mall, pasar dan lainnya.
Mengapa mesin dingdong begitu populer? Jawabnya yang paling mungkin adalah karena murahnya. Bahkan setelah hadirnya playstation generasi pertama, kios dingdong ini masih tak kalah ramai. Dengan bermodal uang logam tipis seratus rupiahan, cowok yang ahli bisa bermain berjam-jam hanya dengan modal beberapa keping. Bandingkan dengan bermain playstation yang dibandrol beberapa ribu perjamnya. Mereka saling menantang untuk bermain Street Fighter, Samurai Shodown, Mortal Kombat, Art of Fighting, Garou Densetsu (Fatal Fury), King of Fighters dan banyak judul lain. Dari beberapa judul game sukses ini akhirnya ada yang diangkat pula ke layar lebar. Suatu kebanggaan pula bila kemudian mereka menontonnya filmnya dan memamerkannya! Saat ini mesin dingdong tidak begitu populer karena telah ada banyak hiburan dan video game yang lebih canggih dengan kualitas grafis dan gameplay yang lebih baik. Bahkan sewaktu berselancar di internet pertengahan dasawarsa lalu saya menemukan pemutar game mesin dingdong yang dapat dimainkan di komputer (emulator) dan yang saya tahu, pernah diulas juga di beberapa artikel Kompasiana.
Mungkin juga hal ini adalah faktor yang turut mengurangi permintaan main game dingdong di kios-kios... meski agak minus keasyikannya karena entah siapa lawannya... Dan kebanyakan judul yang saya ulas berikut ini dapat dimainkan di mesin emulator itu. Selain judul-judul yang imut seperti Thumblepop dan Snow Bros, ternyata ada pula judul-judul game yang membuat cowok-cowok ini berdesir saat awal-awal melihatnya. Meski akhirnya terbiasa pula mereka melihatnya karena sering bermain di tempat itu (menurut pengakuan penjaga area tersebut—yang biasanya juga bertugas untuk penukaran uang koin). Bila gambar-gambar XXX dalam film bisa dengan mudahnya dipotong oleh badan sensor film, saya tak tahu otoritas berwenang yang memantau pergerakan mesin dingdong ini.
Karena game ini sejatinya adalah software, yang bisa dan punya hak edit mungkin hanyalah developernya. Suatu software yang beredar tentunya adalah versi matang yang telah ter-compile untuk dapat langsung dimainkan tanpa kita harus ribet dengan struktur dan alur algoritmanya. Dan bila ada otoritasnya, saya yakin ada beberapa judul-judul yang seharusnya tidak beredar di Indonesia, karena area penggunaannya yang tidak sesuai (kalau pada film DVD mirip dengan istilah region). Beberapa kali penulis menjumpai game dingdong dengan info keterangan bahwa game tersebut hanya diedarkan di lain tempat (misal Amerika Utara, Eropa atau daerah lain) beberapa diantaranya hadir dengan teks mandarin/kana Jepang tapi nyatanya beredar juga di Indonesia. Kisaran waktu dan tempat saat penulis memainkan beberapa judul yang ketahuan heboh ini adalah pada saat bioskop 'kelas melati' masih banyak eksis di Indonesia (5-10 tahun lalu).
Â
Apa saja judul game heboh itu?
1. Gals Panic Kalau ada otoritas yang berwenang, saya yakin bahwa judul satu ini tak boleh beredar di Indonesia. Seri berapapun. Karena ini adalah murni permainan membuka area tertutup yang berisi siluet wanita dalam posisi tertentu dengan rintangan-rintangan berupa robot naga, laba-laba kartun dan lainnya beserta pernak-perniknya. Bila area yang dibuka mencapai 80% atau lebih, tunggu saja adegan berikutnya yang akan memaparkan gambar wanita aduhai (telanjang). Pada seri kedua dan seterusnya, wanita aduhai yang benar-benar telanjang akan ditampilkan bila area yang dibuka mencapai 91% atau lebih. Game ini rasanya hadir di hampir setiap kios dingdong yang menyatu dengan bioskop.
Â
2. Photo Y2K Permainan ini adalah permainan yang mencari 5 perbedaan diantara 2 foto yang mirip. Pada awalnya, tak ada yang aneh dan menunjukkan adanya gambar XXX. Gambar maksimalnya mungkin hanya wanita berbikini. Tapi, entah bagaimana awalnya. Kejadiannya bermula saat iseng bermain di salah satu gedung bioskop di kawasan Rungkut, Surabaya. Secara tak sengaja, saya membuka bonus yang membuka level berikutnya. Level yang sungguh berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya yang imut-imut dan tergolong biasa. Ya apalagi kalau bukan gambar wanita 'syur' gitu deh. Mirip dengan 'Easter Egg' yang dibuat oleh programmer. Karena tersembunyi dan tak tersangka sebelumnya.
Â
Â
3. King of Fighter 2000 Sejatinya ini termasuk game fighting macam Street Fighter. Hanya saja pemainnya kroyokan (tim). Masing-masing orang dalam satu tim yang berisi 3 orang melawan tim lainnya. Pejuang yang kalah akan digantikan oleh pejuang cadangan yang tersisa. Pemain pun sibuk memainkan joystiknya untuk mengendalikan pejuangnya. Tapi ada satu stage yang berisi pemandangan pelabuhan dimana ada wanita-wanita penggembira dan eksibisionis, yang mungkin menganut faham Naturis (penyuka ketelanjangan). Mereka asyik bersorak-sorai dengan topless. Sedangkan wanita lainnya sesekali membuka handuk yang membalut tubuhnya (jelas dong kelihatan area hutan rimbanya).
Â
 Ngapain tuh???
Â
4. Vampire Savior Ini adalah game macam pertarungan satu lawan satu dengan dunia yang suram dan surealis. Sama seperti beberapa seri berikutnya dari Samurai Shodown, pertarungannya diwarnai banyak kekerasan, meski kadang terasa konyol khas kartun (mischief). Tempat bertarungnya meliputi kamar penyiksaan, kereta hantu, sudut kota yang gelap dan setelah semuanya berlalu, tempat pertarungannya adalah tempat dimana dewa dilahirkan (Fetus of God). Imajinasi tingkat tinggi! Tokoh-tokohnya termasuk tokoh horor (menakutkan) yang akan berhadapan dengan Siluman, Vampir (Vampir Eropa dan Cina ada!), Setan, dan makhluk-makhluk tak jelas lainnya. Saya tak jelas dengan keterangan jalan ceritanya karena bahasanya menggunakan huruf kana Jepang. Meski tak ada masalah memainkannya karena seperti game fighting lainnya. Dalam sekian pejuang vampir ini, ada tokoh vampir seksi bernama Morrigan. Setelah melewati pertarungan yang panjang, si Morrigan ini bersatu bersama Lilith dari jenisnya juga (atau saudaranya?), bak lesbi yang bertelanjang ria ditutup sayap kelelawarnya. Saya ketemu ini di suatu kios dingdong di pusat kota Sidoarjo dulu.
Â
Â
5. Final Fight 2 Sebenarnya ini adalah game adventure biasa, dengan 3 tokoh (Guy, Cody, dan Haggar) yang melawan ratusan begundal di kota Metropolis gara-gara geng terbesar di kota tersebut menyandera putri Haggar yang kepala polisi. Sedangkan Jessica yang diculik oleh geng ini adalah pacar Cody, salah satu pejuang pembela kebenaran di game ini. Tak terdeteksi gambar aneh-aneh dalam seluruh game ini sebenarnya. Kecuali versi jepangnya. Yang menampilkan foto Jessica sedang terikat yang ter-broadcast via televisi di kantor Haggar. Seharusnya, versi Jepang dari game dingdong adalah hanya khusus untuk disebarkan dan dimainkan di negara Jepang. Tapi saya pernah mendapati versi Jepang ini di sebuah kios dingdong di daerah kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Â
Â
6. Art of Fighting 2 Saat tokoh King yang wanita tomboy ini mendapat jurus tenaga dalam (ditandai dengan pancaran sinar atau jurus spesial yang menggunakan kombinasi joystik/tombol), maka baju luar si King ini akan sobek dan bisa membuat beberapa anak usia sekolahan tertawa cekikikan. Selain itu tokoh pejuang Yuri (Yuri ini ceritanya adik perempuan Ryo Sakazaki yang di-PDKT oleh Robert Garcia, dua-duanya tokoh pejuang dalam game ini) bila menang dalam suatu pertandingan (tak selalu), ada adegan tak sengaja membuka sabuk karatenya yang akan memperlihatkan belahan dadanya pula, dia kemudian berekspresi malu dan menutupinya (padahal bergerak seakan membenahinya setelah bertarung habis-habisan).
Â
Â
Apakah hanya judul itu saja? Saya tidak berani memastikan karena judul-judul yang beredar sangat banyak dan tidak semuanya dapat saya perhatikan, beberapa hal diantaranya adalah saya tidak mungkin mendatangi kios-kios yang ada satu persatu, selain kendala bahasa. Hal lainnya adalah ketidak-kompatibelan dengan sistem emulator yang menyimulasikan sistem mesin game dingdong di perangkat komputer, jadi suatu game mungkin tidak dapat dimainkan dengan emulator yang saya miliki, tapi bisa juga dengan emulator yang lain yang tidak saya ketahui. Hal lainnya juga adalah beberapa tokoh pejuang dalam suatu game dapat dijumpai pula pada judul lain. Misalnya Mai Shiranui dengan jurusnya yang menggambarkan adegan cepat kemampuan ninjanya (dengan pakaian yang berlapis-lapis) yang bisa dijumpai pada seri judul Garou Densetsu atau King of Fighters. Atau vampir seksi Morrigan pada judul Vampire Savior dan Marvell Vs Capcom. Selain itu ada penjual seksi di stage jual beli senjata pada game Dungeon & Dragon yang biasa dan masih bisa ditolerir di Indonesia (saya hanya menjumpai judul ini pada versi untuk emulator—bukan pada kios dingdong).
Â
Â
Tidak menutup kemungkinan, pada game consol yang lebih modern dari arcade semisal XBOX, Playstation, Nintendo, dan lainnya tersisip gambar-gambar dan adegan yang lebih heboh dari ini. . . . . .
[Penulis adalah pengamat apapun, termasuk selalu waspada bila sewaktu-waktu ada buah jambu yang rapuh dari pohon di rumah jatuh menimpanya... xixixixi]
*Keterangan gambar awal: Biasanya ada keterangan ini untuk info area distribusi game dingdong tsb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H