Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Catatan Lumpur dan Buku Potret Lumpur Lapindo Sidoarjo

28 November 2014   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:37 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_338332" align="aligncenter" width="500" caption="...dan selain cerita dalam bentuk tulisan, ada juga foto yang bercerita..."]

1417141356681041076
1417141356681041076
[/caption]

Seperti foto hasil jurnalis dengan kejelian menangkap momen dan eksekusi, fotografer buku ini tentunya sangat mengerti kaidah jurnalistik dan berusaha semaksimal mungkin menuangkan apa yang ada pada pikirannya lewat media foto. Tentang bagaimana kesedihan dan kehidupan di balik bencana alam terbesar pada generasi modern. Salah satu hasil jepretannya berkisah tentang Diana, sesosok wanita yang merayakan pernikahannya (berpose duduk berbalut gaun pernikahan menggenggam buket bunga, menanti kedatangan sang calon suami) saat berada di petak penampungan pengungsi yang saat ini telah menjadi pasar. Sang fotografer bercerita atas hasil penantiannya selama berjam-jam hingga perias mempelai wanita itu terpaksa "diusir" untuk menangkap wajah dengan tatapan yang menerawang pada hari pernikahannya. Hingga kita bisa melihat dibalik riasan wajah cantiknya ada sebuah kecemasan yang tak terjawab akan hari esok yang mengambang, apakah hidup menyedihkan dengan kesengsaraan tersebut harus dilewati dengan yakin dan ikhlas.

Sang fotografer penulis buku bercerita lagi tentang kesulitannya akan pencarian sosok yang dalam membekas dalam ingatannya ini beberapa tahun kemudian, bagaimana dia tidak menyerah untuk mendapatkan kabar dari model potret tersebut. Hingga akhirnya mbak Diana berhasil ditemukan dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Berhadapan dengan mbak Diana, semuanya bisa mengalir begitu saja; namun tidak untuk bercerita tentang kehidupan dibalik desanya yang terendam lumpur. Masih ada rasa trauma dan kesedihan yang ingin dilupakan tetapi tidak bisa. Ada mimpi-mimpi di malam hari ketika ingatan masa lalu masih berada di desa yang tertelan lumpur itu; ketika masa kecil hingga remaja berada di desa yang asri hingga dia menikah saat berumur 19 tahun harus hijrah ke lokasi baru yang telah menjadi desa baru sekarang.

Pada foto-foto lain tergambar sudut desa yang telah musnah, kubah masjid yang tenggelam dan bangunan-bangunan yang telah runtuh atau sengaja diruntuhkan. Di beberapa fotonya kita akan dapati pula jerih payah sosok manusia yang berusaha mencari serpihan rejeki dari menjebol batu-bata atau kusen yang nantinya bisa dijual atau dipakai lagi, bahkan di tengah banjir yang menghadang. Suatu hal yang menarik untuk dibidik dari sudut pandang fotografer untuk dituangkan ke dalam media gambar yang menghasilkan kesan dramatis. Untuk Anda yang tertarik buku ini, bisa menghubungi fotografer atau penulis buku pada email: [ mamuk@matanesia.com ] atau nomor telepon: 0858 522 13077  (saya mendapatkan kartunamanya saat acara berakhir), namun tidak dengan bukunya ^_^. Ehm, belum ada ruangan khusus untuk buku-buku saya yang terdahulu, karena buku lama saya saja masih terbengkalai tanpa tempat. Akan sayang beli buku bagus tapi kemudian rusak karena tak tertata dan tersimpan dengan baik, seperti buku ilustrasi seri 'Davinci' saya yang luamayan rusak parah.

Pada cetakan perdana ini, hanya tersedia 500 buku yang dieditori dan diberi kata pengantar oleh beberapa oknum dari berbagai disiplin ilmu. Sekali lagi alasannya adalah finansial. Sang fotografer hanya tertawa dan berharap saja sewaktu ditanya apakah buku tersebut akan cetak ulang (karena kebanyakan penulis 'kan pastinya mempunyai angan tersebut). Yang kemudian menjelaskan bahwa adalah naif jika buku tersebut mampu menolong korban lumpur, karena ada banyak pihak yang lebih mampu melakukannya. Hanya saja, setiap jepretan ini setidaknya bisa menjadi reminder atau pengingat mereka yang berempati atau sebaliknya, untuk yang menebalkan hatinya kepada peristiwa tragedi besar karena modernisasi tersebut. Untuk Anda yang berniat datang pada bulan foto ini, akan menjumpai pula buku tersebut dan bisa dibaca pada perpustakaan IFI-konsulat Perancis Surabaya.

Menarik pula bagi saya yang diundang (melalui facebook) untuk perkenalan buku ini pada salah satu agenda Institut Francais Indonesia Surabaya (IFI) yang terletak di kompleks AJBS jl. Ratna Surabaya. Link beritanya ada disini. Mengingat, ini adalah kali pertama saya datang menghadiri acara di gedung yang berbeda dengan biasanya (saya beberapa kali hadir pada acara di gedung jl. Darmokali Surabaya). Setidaknya dari sana saya bisa memetik pengalaman baru.

[caption id="attachment_338334" align="aligncenter" width="500" caption="Dua puluh menit setelah jam yang seharusnya dimulai (tertera pada undangan), masih terlihat lengang :("]

14171416031378949325
14171416031378949325
[/caption]

[caption id="attachment_338335" align="aligncenter" width="500" caption="Barisan fotografer yang berniat memotret semua pengunjung di panggung pada akhir acara. Sebelum mereka memotret, saya potret duluan :D"]

1417141712219020699
1417141712219020699
[/caption]

**Semua foto2 dalam tulisan ini adalah hasil jepretan sendiri...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun