Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Catatan Lumpur dan Buku Potret Lumpur Lapindo Sidoarjo

28 November 2014   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:37 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_338313" align="aligncenter" width="400" caption="Hasil jepretan saya akan danau lumpur Lapindo Porong"]

14171394921493582448
14171394921493582448
[/caption]

[caption id="attachment_338315" align="aligncenter" width="500" caption="Salah satu sudut kampung di Porong, saya mampir ke warung di dekat situ dalam satu perjalanan bermotor Surabaya - Malang"]

1417139568697835204
1417139568697835204
[/caption]

[caption id="attachment_338317" align="aligncenter" width="500" caption="Pembangunan memperkuat tanggul yang masih berlangsung pada saat itu, bahkan hingga kini. Foto ini diambil pada tahun 2008"]

1417139660611704122
1417139660611704122
[/caption]

Baik telah diganti rugi atau tidak, ada hal lain yang juga membuat heran. Ada banyak yang sampai saat ini belum total mendapatkan ganti rugi. Meski terdengar pula Aburizal Bakrie bilang ada orang yang mendapatkan ganti rugi hingga empat kali lipatnya. Satu hal aneh bila ganti rugi tersebut terbagi tidak merata. Bila ada orang yang mendapatkan "modal usaha" karena terlunasi hingga empat kali lipatnya, apakah tujuannya adalah supaya beberapa korban ini mampu membangun usaha baru atau supaya orang tersebut akan mempunyai dorongan untuk berusaha bersama-sama (saling membantu) korban lumpur lainnya? sehingga, banyak tanggungan ini mungkin akan 'terlunasi' akhirnya secara tidak langsung? Namun saya juga pernah membaca bahwa kebanyakan ganti rugi ini menyasar kalangan penduduk yang empunya lahan atau rumah. Entah pula dengan kalangan usahawan yang pabriknya sangat terpaksa tutup atau pindah. Karena pernah saya baca pula ada seseorang (pengusaha awalnya) yang mengeluh permohonan pinjamannya selalu ditolak, tidak dipercaya oleh bank karena dianggap tidak mempunyai aset penjamin. Sedangkan dia sendiri adalah termasuk salah satu yang tidak mendapatkan ganti rugi.

Bulan Foto di IFI Surabaya


Hari kamis kemarin (tanggal 27/11/2014), seorang fotografer mengenalkan buku kumpulan fotonya juga yang bertema tentang lumpur Lapindo di Sidoarjo ini. Menjadi menarik untuk melihat sekelumit atau seluruh isi buku yang didesain mirip sertifikat tanah ini. Pemilihan desain buku itu menyangkut hal yang filosofis, bahwa sertifikat adalah salah satu bukti kepemilikan seseorang akan tanah yang dipunyai atau ditempatinya, dan hal itu berkaitan dengan topik yang diangkatnya dalam lembar demi lembar halaman buku foto itu. Nama fotografernya adalah Mamuk Ismuntoro, dan keseluruhan foto dalam buku tersebut adalah hasil jepretannya yang dimulai pada tahun 2006 ke atas. Buku ini sendiri berjudul "Tanah Yang Hilang"; Yang bila kita melihat lembar demi lembar halamannya, akan dijumpai foto-foto yang sengaja dipilih oleh tim buku ini supaya tidak semirip mungkin (lebih bersyukur lagi kalau ternyata sangat berbeda) dengan banyak foto tentang pemandangan lumpur Lapindo yang telah beredar sebelumnya. Ada puluhan foto dengan kualitas tangan fotografer profesional yang terpaksa disisihkan. Misalnya saja tentang banyak foto sekolah, aktivitas murid serta gurunya yang terpaksa dipindah ke desa lain (dengan mendirikan sekolah baru), atau foto-foto dengan nuansa lebih berat yang bisa "menuduh" pihak-pihak tertentu. Semuanya dipilih untuk menghadirkan kesan lebih "netral" namun tetap terasa tragis, atau menghindarkan "kebosanan" akan panorama bencana lumpur itu sendiri. Dalam satu paket buku yang dijualnya, ada pemilahan menjadi dua format: ada buku khusus foto, dan ada buku catatannya pula (yang paling mirip sertifikat kepemilikan tanah/bangunan).

[caption id="attachment_338328" align="aligncenter" width="500" caption="Tampak tengah: Miss Veronique memberikan pengantar dalam bahasa Inggris. Meski barisan kata yang dipilihnya cukup mudah diterjemahkan kepala saya, aksen Perancisnya yang cukup aneh ditelinga berhasil membuat sekitar 10% kosakatanya yang terdengar menguap entah kemana ^_^"]

1417140895791130138
1417140895791130138
[/caption]

[caption id="attachment_338326" align="aligncenter" width="500" caption="Pak Mamuk sedang presentasi dengan latar belakang slide foto karyanya"]

1417140723424879090
1417140723424879090
[/caption]

[caption id="attachment_338327" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana saat sebagian foto-foto yang menghiasi buku tersebut ditayangkan"]

14171407811209822768
14171407811209822768
[/caption]

[caption id="attachment_338329" align="aligncenter" width="500" caption="Dalam amplop sampul ada map yang merupakan bagian packaging"]

14171411401872919142
14171411401872919142
[/caption]

[caption id="attachment_338330" align="aligncenter" width="500" caption="Dalam map ada dua buah buku..."]

1417141195150142162
1417141195150142162
[/caption]

[caption id="attachment_338331" align="aligncenter" width="500" caption="Dalam buku ada cerita..."]

14171412421381363737
14171412421381363737
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun